GenPI.co 
Farhana Shahzady, pendiri Family Law Menopause Project juga mengemukakan pendapatnya mengenai survei ini
"Survei terobosan terhadap wanita ini menegaskan hubungan antara menopause dan perceraian dan lebih jauh menyoroti kurangnya pemahaman dalam profesi hukum keluarga tentang dampak dari perimenopause dan menopause,” kataanya.
Dia menambagka, kondisi tersebut telah (atau akan) mempersulit mereka untuk menabung untuk masa pensiun dan/atau mengurangi kemampuan mereka untuk menabung untuk pensiun.
BACA JUGA: Tips Mempertahankan Pernikahan di Tengah Badai Kehidupan
"Jelas bahwa profesi hukum keluarga, seperti dalam masyarakat luas, perlu menghargai kenyataan menopause dan bahwa kita harus lebih siap untuk mendukung banyak klien yang sangat terpengaruh oleh menopause,” beber Shahzady.
Sementara itu, International Menopause Society (IMS) telah menerbitkan sebuah makalah yang menyoroti kabut otak pada menopause dan perimenopause.
BACA JUGA: Suami Istri Wajib Tahu, Begini Cara menumbuhkan Kepercayaan dalam Pernikahan
Makalah itu mengatakan gejala-gejala tersebut termasuk kesulitan mengingat kata-kata dan angka, gangguan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satunya adalah meletakkan barang-barang seperti kunci, kesulitan berkonsentrasi, linglung, kehilangan pemikiran, menjadi lebih mudah terganggu, kesulitan beralih di antara tugas, dan lupa janji dan acara.
BACA JUGA: Inilah yang Terjadi pada Tubuh Ketika Patah Hati karena Pernikahan Hancur Berantakan
Keluhan memori mungkin disebabkan oleh naik turunnya kadar hormon, terutama estrogen, dan rasa panas, gangguan tidur, dan perubahan suasana hati, kata studi tersebut.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
