500 Tenong Ramaikan Tradisi Nyadran Laku Sikramat Wonosobo

15 Juni 2019 21:00

GenPI.co— Nyadran Laku Sikramat merupakan tradisi yang tetap dipertahankan di Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek, Wonosobo, Jawa Tengah.

Saat Nyadran Laku Sikramat, warga desa ke makam Sikramat, di tempat ini terdapat makam para leluhur Desa Pagerejo. 

Acara tersebut selalu digelar setiap Jumat Kliwon, dan dilakukan setiap 70 hari sekali.

Baca juga:

Syukuran Cinta dalam Budaya di Pucung Pandak Wonosobo

Balon Udara Semarakkan Lebaran Wonosobo

Pada acara Nyadran Laku Sikramat pada Jumat (14/6), kali ini mengundang Wakil Bupati Agus Subagiyo, Kepala Dinas Pariwisata One Andang Wardoyo, dan beberapa camat.

Kehadiran sejumlah pejabat pemkab tersebut, karena sekaligus untuk mengawali  Java Balloon Attraction yang merupakan sub event Festival Sindoro Sumbing di Wonosobo.

Saat berada di makam Sikramat dipaparkan silsilah desa oleh mantan Kades Pagerejo Udi Wahyu dirangkaian Ruwatan Laku Sikramat di makam leluhur desa Jumat pagi.

Dikatakan Udi, sebelum 1922, Desa Pagerejo terdiri dari tiga desa yakni Pagerotan, Pagersampang, dan Cangkringan.

“Waktu itu, Belanda mensyaratkan bahwa seorang kepala desa harus bisa bahasa tulis dan akhirnya dipilihlah Raden Ranu Prawira sebagai kades pertama. Maka sejak 1922 itu, usia desa ini sudah 96 tahun dan sejak itu Nyadran Laku Sikramat ini sudah dilaksanakan,” ungkap Udi.

Setelah pembacaan silsilah desa dan berdoa bersama, rangkaian acara nyadran laku di makam Sikramat berlanjut dengan arak-arakan 500 tenong yang berisi makanan, dengan iringan musik ala tentara keraton dan kesenian jaran kepang dari Masjid Pagerotan. Tenong kemudian ditata sepanjang jalan dan dimakan bersama.

“Sejak dulu isi tenong sama seperti nasi bucu dan empat nasi golong [dibentuk bulat] dengan lauk berupa udang goreng, serundeng, sayur, dan lodeh mi. tapi kadang ada juga yang menambahkan telur atau ayam,” ujar Udi.  

Setiap kali digelar Nyadran Laku Sikramat, minimal 15 kepala keluarga yang wajib mengirim tiap 70 hari sekali, sebagai ucapan syukur sekaligus melestarikan tardisi dan budaya. 

Di era peperangan melawan Belanda, makam Sikramat juga dikenal sebagai tempat perundingan strategi para pemimpin. Bahkan ada kisah asal-usul makam Joko Suro di makam Sikramat, hal itu terkait dengan perencanan perang besar atau perang gong atau Pranggong.


Tonton juga video ini:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Linda Teti Cordina

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co