Peneliti Sebut Aktivitas Petir Meningkat Karena Pemanasan Global

18 November 2021 15:00

GenPI.co - Perubahan iklim yang terjadi saat ini sebagai dampak dari pemanasan global rupanya memberikan efek langsung aktivitas petir yang meningkat.

Peneliti klimatologi dari Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr Erma Yulihastin mengatakan, riset yang dilakukan para ilmuwan pada 2014 menunjukkan aktivitas petir meningkat 50 persen di daerah Amerika Serikat.

"Peningkatan serupa mengonfirmasi bahwa aktivitas petir di dunia juga mengalami peningkatan karena isu pemanasan global," katanya dalam keterangan resmi, Rabbu (17/11/2021).

BACA JUGA:  Jelang Liburan, 3 Outfit UNIQLO Lindungi Kamu Dari Cuaca Dingin

Dalam jurnal yang ditulis ilmuwan Brazil Rachel I. Albrecht dkk melalui pengamatan selama 16 tahun menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah wilayah dengan aktivitas petir tertinggi kedua setelah Kongo di Afrika.

Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa area dengan aktivitas petir tertinggi terdapat di Pulau Sumatera yang memperlihatkan kejadian petir mencapai lebih dari 50 kali per tahun.

BACA JUGA:  BMKG Beri Peringatan Serius, Cuaca Ekstrem Mengancam 12 Provinsi

Wilayah petir di Sumatera tersebut memiliki dua karakteristik, yaitu petir malam hari dan siang hari.

Petir malam hari umumnya terjadi karena dipicu oleh proses konvergensi dan pembentukan badai di Selat Malaka.

BACA JUGA:  Ramalan BMKG Hingga 6 November - Ada Cuaca Ekstrem

Petir malam hari ini sangat intensif dan pengaruhnya dapat mencapai kawasan pesisir timur Sumatra bagian utara.

Sedangkan petir siang hari juga dihasilkan dari pembentukan badai di atas darat yang juga terjadi di kawasan pesisir timur Sumatra bagian utara.

Wilayah kedua adalah Jawa bagian barat dan tengah dengan lokasi petir terdistribusi lebih merata di daratan yang merupakan area pegunungan maupun dataran rendah.

Hal ini menunjukkan topografi dan interaksi sirkulasi angin darat-laut berperan lebih dominan terhadap frekuensi kejadian petir di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Ia menjelaskan, pemanasan suhu permukaan di atmosfer bumi berimplikasi pada penambahan jumlah kelembapan atau uap air di atmosfer yang menjadi bahan baku utama pembentukan badai.

Hal ini dapat terjadi dengan cara meningkatkan energi potensial konvektif atau disebut dengan Convective Available Potential Energy (CAPE) yang terdapat pada tiap parsel udara.

Dikemukakannya bahwa nilai CAPE ini menjadi ukuran seberapa besar energi kinetik yang dapat dilepaskan dari parsel udara yang sedang bergerak ke atas karena proses konveksi.

"Ketika suhu udara mengalami pemanasan, maka CAPE akan meningkat karena peningkatan kelembapan, sehingga dapat menghasilkan banyak petir. Setiap peningkatan 1 derajat pada suhu udara, maka frekuensi petir meningkat sebanyak 12 persen," jelasnya. (antara)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Irwina Istiqomah

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co