GenPI.co - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan bahwa Indonesia memiliki tantangan berlapis untuk mengatasi masalah gizi.
Menurut Suharso, ada tiga tantangan masalah gizi (triple burden of malnutrition) yang dihadapi Indonesia selain stunting.
“Kita mengalami masalah kekurangan gizi makro, kekurangan gizi mikro, dan kelebihan gizi,” ujarnya dalam kegiatan ‘Scaling Up Nutrition Indonesia Annual Conference’, Selasa (23/11).
Suharso mengatakan bahwa Indonesia tengah memasuki masa transisi demografi dengan tingginya jumlah penduduk usia produktif.
Hal tersebut merupakan tantangan sekaligus kesempatan bagi Indonesia untuk menciptakan penduduk yang berdaya saing.
“Namun, Indeks Modal Manusia (IMM/HDI) tetap memperhitungkan gizi sebagai indikator utama dan angka IMM Indonesia masih rendah,” katanya.
Suharso memaparkan bahwa pada 2020, nilai IMM Indonesia hanya 0,54 poin.
Artinya, balita Indonesia saat ini hanya akan mencapai nilai produktivitas maksimal sebesar 54 persen di masa dewasa.
Oleh karena itu, investasi perbaikan gizi masyarakat kepada ibu hamil dan balita menjadi sangat penting.
“Hal itu dapat membuat generasi produktif Indonesia bisa mencapai potensi yang maksimal,” paparnya.
Lebih lanjut, Suharso menuturkan bahwa perbaikan gizi adalah bentuk investasi yang dengan nilai retail yang tinggi.
Pasalnya, setiap 1 USD yang dikeluarkan sebagai modal akan mendapatkan keuntungan ekonomi sebesar 16 USD.
“Maka, pemerintah akan terus berinvestasi di bidang gizi untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan berdaya saing untuk menyambut era Indonesia Emas,” tutur Suharso. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News