Budayawan Desak Pemprov Banten Berhenti Usik Ritual Seba Badui

10 Mei 2022 19:40

GenPI.co - Budayawan Uten Sutendy meminta Pemerintah Provinsi Banten berhenti memanfaatkan ritual Seba Badui sebagai obyek wisata dan tontonan publik.

Menurutnya, hal itu agar kesakralan dan pesan moral luhur ritual suku Badui itu dapat dipertahankan.

"Menjadikan ritual Seba Badui sebagai obyek wisata dan tontonan publik itu kurang etis secara spiritual dan budaya," ujar penulis novel "Baiat Cinta di Tanah Badui" dan "Badui sebuah Novel" itu kepada pers di Tangerang Banten, dikutip dari Antara, Selasa (10/5/2022).

BACA JUGA:  Kawasan Badui Terkena Banjir dan Longsor, Ini Penyebabnya

Budayawan sekaligus penulis dan novelis yang berdomisili di Tangerang itu mengungkapkan keterangan tersebut menanggapi pelaksanaan ritual Seba Badui pada 7-8 Mei 2022 yang kembali menjadi tontonan publik.

Seba Badui adalah acara rutin tahunan, dimana orang Badui Dalam berjalan kaki dari mulai Desa Kanekes menuju Kantor Bupati Kabupaten Lebak di Rangkasbitung.

BACA JUGA:  Warga Badui Malam Ini Jalani Ritual Seba, Bisa Dihadiri Wisatawan

Kemudian dilanjutkan ke Kantor Gubernur Provinsi Banten di Serang untuk menyerahkan hasil bumi, sekaligus menyampaikan pesan-pesan moral dari "Kokolot" (Sesepuh) Badui kepada Pemerintah.

Acara Seba Badui sangat sakral dan telah berlangsung sejak ratusan tahun sebagai simbol ucapan terima kasih orang Badui kepada Pemerintah yang telah bersedia menjalankan tugas pemerintahan mengatur masyarakat.

BACA JUGA:  Tradisi Seba Badui Perlu Dijaga dan Dilestarikan, Kata DPR RI

Selain itu Seba Badui merupakan simbol, dimana para Kokolot Badui memberi pesan moral luhur agar Pemerintah dalam menjalankan tugas pemerintahannya tetap konsisten menghargai dan menjaga keseimbangan alam dengan berpegang teguh kepada nilai-nilai luhur budaya daerah dan bangsa sendiri.

Namun, Uten menilai sakral Seba Badui akhir-akhir ini, terutama sejak Banten menjadi Provinsi makin tenggelam karena cenderung dimanfaatkan sebagai momen daya tarik pariwisata, dan kedatangan ribuan orang Badui dijadikan tontonan publik.

"Dengan cara begitu nilai sakralnya hilang, berbarengan dengan terlupakannya pesan-pesan moral yang disampaikan oleh para Kokolot Baduy seusai acara Seba," terangnya.

Jika Pemerintah ingin menghargai dan memuliakan orang Badui sebagai aset budaya dan adat, menurut dia ada banyak caranya.

Di antaranya, pertama, biarkan acara Seba Badui berlangsung sederhana dan khidmat agar nilai-nilai luhur yang disampaikan oleh para Kokolot Badui bisa diresapi oleh para pejabat Pemerintah.

Kedua, Pemerintah harus menetapkan kawasan hutan dan perkampungan masyarakat Badui sebagai kawasan khusus yang benar-benar dijaga kelestarian alamnya serta dilindungi adat istiadatnya, terutama melalui pembuatan regulasi yang tepat.

Ketiga, membuka jalur distribusi bagi perdagangan hasil bumi orang Badui serta melindungi dan membuka jaringan pasar bagi produk-produk usaha kecil dan menengah (UKM) mereka.

"Selain itu, kalau Pemerintah mau memanfaatkan Badui sebagai komunitas adat, maka manfaatkan dan eksplorasilah nilai-nilai luhur adat istiadat mereka, sekaligus menjadikannya sebagai salah satu sumber nilai yang sangat penting bagi pedoman pelaksanaan pembangunan di berbagai bidang," tuturnya.(Ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co