Guru Besar ITS Kembali Masuk Daftar Ilmuwan Top Dunia Versi Stanford University

24 Oktober 2022 15:10

GenPI.co - Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Prof. Drs. Ec. Ir. Riyanarto Sarno. M.Sc., Ph.D. kembali masuk dalam daftar ilmuwan top dunia versi Stanford University.

Riyanarto masuk untuk kali ketiga sebagai satu dari 200.409 peneliti dunia dalam Top 2% Scientist in the World: Single Year Impact 2021-2022.

Daftar tersebut dirilis secara daring oleh Stanford University dan Elsevier Report pada 10 Oktober 2022.

BACA JUGA:  Mahasiswa ITS Surabaya Juara Dunia Kompetisi Robot Terbang

Untuk bisa masuk ke daftar ini, sejumlah ilmuwan diklasifikasikan menjadi 22 bidang keilmuan dan 176 subbidang dalam pemeringkatan sitasi c-score di luar sitasi diri sendiri (nonself-citation).

Riyanarto juga tercatat sebagai satu dari 98 peneliti asal Indonesia yang masuk dalam jajaran Top 2% Scientist in the World tersebut.

BACA JUGA:  Naufal Wisudawan Termuda ITS Surabaya, Usia Masih 19 Tahun

Dosen Departemen Teknik Informatika ITS itu memperoleh nilai c-score sebesar 366 sitasi pada September 2021 hingga September 2022.

“Terkait penelitian terbaru saya, tahun ini saya sudah menerbitkan 16 jurnal terindeks Scopus dan Web of Science (WoS),” papar Riyan, dilansir dari laman resmi ITS, Senin (24/10).

BACA JUGA:  Jago Hacking, Mahasiswa ITS Runner Up Kompetisi di Dubai

Lebih rinci, pakar artificial intelligence (AI) pada bidang kesehatan ini pada 2022 menerbitkan satu jurnal terindeks Scopus Quartile 3 (Q3), lima jurnal terindeks Scopus Quartile 2 (Q2), dan sembilan jurnal terindeks Scopus paling tinggi yaitu Quartile 1 (Q1) yang juga memiliki impact factor WoS.

Science Citation Index (SCI) dan Science Citation Index Expanded (SCIE) WoS merupakan indeks sitasi yang dikelola oleh Clarivate Analytics yang memiliki standar sitasi jurnal, di mana impact factor tinggi setara dengan Scopus percentile tinggi.

Selain jurnal, Riyan juga menghilirkan penelitian berupa pembuatan alat pendukung operasi otak berbasis AI yang disebut Stereotactic untuk menentukan secara akurat lokasi anatomi kecil di dalam otak.

Penelitian tersebut dilakukan karena alat pendukung operasi Stereotactic masih bergantung pada produk impor dan harganya mahal.

“Dalam otak, banyak anatomi kecil, contohnya ventral intermediate (VIM) nucleus dengan ukuran hanya sekitar tiga milimeter, sehingga memerlukan alat tersebut dengan ketelitian tinggi,” ungkapnya.

Sebagai ilmuwan yang lebih dari tiga dekade berkecimpung dalam riset, Riyan menilai bahwa riset merupakan kegiatan yang vital karena melahirkan penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Dengan demikian, kontribusi keilmuan baru dapat digunakan guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam segala aspek kehidupan.

“Setiap ada pengembangan ilmu baru, kita usahakan untuk membuat prototipe yang mengandung kebaruan dari riset dasar,” terangnya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Pulina Nityakanti Pramesi

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co