Cerita Horor: Hantu di Pesawat Jurusan Makassar

23 Oktober 2020 07:50

GenPI.co - Sudah sekitar dua tahun aku bekerja sebagai pramugari di sebuah maskapai penerbangan swasta. 

Meskipun terlihat menyenangkan, tetapi banyak hal yang menurutku kurang menyenangkan. 

BACA JUGA: 

Mulai dari jadwal yang tidak menentu, beradaptasi dengan kerja terus berganti setiap harinya, menghadapi penumpang yang menyebalkan, dan masih banyak lagi.

Walau terlihat banyak hal menyebalkan, tapi aku mencintai pekerjaanku. Semua hal yang menurut orang lain menjengkelkan, aku anggap sebagai hal yang biasa saja.

Namun, ada kejadian yang aku alami dan tak pernah aku lupakan hingga saat ini. 

BACA JUGA: 

Malam itu aku terbang ke Makassar, jadwal penerbangan pukul 00:40 WIB. Saat ini menunjukan pukul 00:00. 

Aku sudah berada di pesawat, segala persiapan sebelum penerbangan telah selesai dan aku berdiri di tengah kabin menunggu penumpang masuk ke dalam pesawat.

Penumpang pun mulai masuk ke dalam satu persatu. Aku berdiam diri sambil menyapa penumpang satu-persatu. 

Proses boarding tersebut berjalan lancar hingga saat aku melihat ke kabin bagian belakang ada kejanggalan. 

BACA JUGA: 

Di antara penumpang yang tengah merapikan bagasinya, seorang pria dengan wajah pucat berdiri di tengah kabin sambil menatapku tajam.

Dia diam saja, berdiri hanya menatapku. 

Aku berusaha untuk menepis pikiran aneh-aneh dari otakku dan berusaha untuk percaya bahwa pria tersebut salah satu penumpang yang sedang butuh bantuan. 

Aku menghampirinya, di antara penumpang yang tengah berjalan dan membereskan bagasi aku berusaha menuju ke arahnya.

Setelah kuperhatikan kembali pria tersebut tidak ada. Aku berusaha mencari wajahnya di antara penumpang lain yang tengah duduk, tapi aku tak melihatnya. 

Apakah hanya imajinasiku saja? 

Bunyi tombol panggilan penumpang membangunkanku dari lamunan, kulihat rekan kerjaku menatapku.

Memberiku sinyal untuk berhenti berdiri di tengah kabin dan kembali bekerja. 

Aku kembali melanjutkan pekerjaanku, namun pikiran soal pria tersebut tak juga lenyap.

Pesawat mulai berjalan dengan kecepatan tinggi, bersiap untuk lepas landas, dan aku telah duduk di kursiku di bagian paling belakang pesawat. 

Aku merasakan sedikit kejanggalan, lagi. 

Suhu di kabin terasa lebih dingin daripada biasanya. Saat lampu kabin akan dimatikan, akupun melihat ke arah kaca di atas oven untuk mengamati kondisi penumpang di kabin.

Aku melihat seseorang berdiri di tengah kabin, seorang pria, aku tak bisa melihat wajahnya. 

Namun, aku bisa melihat dia memakai sebuah mantel hitam, sama seperti pria pucat tadi. 

Aku sontak menoleh ke arah kabin, tapi aku tak mendapati siapapun berdiri di sana. 

Kabin terlihat kosong, tidak ada yang berdiri di tengah-tengah kabin. Apakah pria itu lagi?

Setelah tanda mengenakan sabuk pengaman dipadamkan, aku langsung berdiri.

Pelan-pelan aku berjalan di kabin, mengamati satu-persatu penumpang, berharap menemukan pria bermantel hitam tersebut. 

Berharap bahwa apa yang aku lihat nyata, bahwa aku tak hanya berimajinasi. 

Namun, aku tak menemukannya.

Pengecekan kabin yang biasa dilakukan 20 menit sekali di penerbangan malam hari aku lakukan 5 menit sekali.

Aku lakukan dengan pelan-pelan, aku amati satu persatu penumpangku, berharap aku menemukan pria itu. 

Tapi aku tak kunjung menemukannya. Ia hilang begitu saja, lenyap.

Pesawat pun menyentuh daratan, aku kembali melihat ke arah cermin cembung di atas oven untuk memastikan kondisi kabinku. 

Tak kusangka aku kembali melihat sosoknya, kembali berdiri tegak di tengah-tengah kabin, mematung, melihat ke arahku. 

Seolah-olah ia tahu aku tengah memerhatikannya dari cermin tersebut.

Lama aku terpaku memandang sosoknya di cermin itu, bertanya-tanya kepada diriku sendiri apakah aku harus melihat ke arah kabin? 

Apakah dia akan ada di sana? Jantungku berdetak kencang tak keruan, aku yakin ini nyata, ini bukan hanya imajinasiku saja. 

Ia pun mulai berjalan ke arahku, perlahan, lama kelamaan aku bisa melihat bahwa dia mulai setengah berlari.

Jantungku berdetak makin kencang, tapi tak berani untuk melihat ke arah kabin. 

Setelah aku melihat dia mulai mendekati kursiku, aku sontak berteriak dan menoleh ke arah kabin. 

Kosong, tak ada siapapun berdiri di sana. Yang kudapati hanya tatapan penumpang yang duduk di baris-baris kursi paling belakang yang mungkin kaget mendengar suara teriakanku.

"Sri? Kenapa?" Tanya rekan kerjaku, dari kursi di seberangku. 

Aku masih mematung melihat ke arah kabin.

"Engga mbak, hanya perasaanku saja," jawabku. 

Aku kembali menoleh ke arah cermin cembung dan tak melihat sosok itu. Aku pun menghembuskan napasku dan mengalihkan pandanganku ke arah pintu di sebelahku. 

Namun, jantungku tiba-tiba berhenti oleh pemandangan yang tak kuduga-duga.

Kini, pria bermantel hitam itu tengah duduk di sampingku, ia duduk sambil menatapku tajam dengan mata merahnya. 

Dia pun tersenyum memamerkan gigi-gigi taringnya, dan mendekatkan bibirnya ke telingaku. Aku tak bisa bergerak saat kemudian dia berbisik "Ketemu".(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co