Penjual Gado-Gado Bergoyang Hebat Denganku, Tetanggaku Mendengar

22 April 2021 21:15

GenPI.co - Hari ini hari Sabtu dan waktu menunjukkan pukul 3 sore. Aku sedang bermain game online di laptopku bersama dengan tiga orang temanku.

“Bodoh, jangan lewat sana,” teriakku kepada salah seorang temanku yang salah mengambil langkah.

Kesalahan yang dibuatnya akhirnya membuat sesi kami berakhir begitu saja. Kedua temanku yang lainnya akhirnya juga ikut marah-marah.

Saat sedang ingin memulai sesi baru, tiba-tiba aku dipanggil oleh Ibu.

BACA JUGAMenikah dengan Pria Pilihan Ortu, Hatiku Ambyar

“Dani, beli gado-gado dong buat makan siang,” ujar Ibu dari daun pintu kamarku.

“Malas, Bu, ya ampun. Nggak pesen aja?” jawabku.

“Aduh, nggak bisa. Soalnya Ibu juga mau nitip beliin deterjen di minimarket, Dan,” kata Ibu.

Aku akhirnya mematikan laptop dan bangkit dari kursi untuk mengambil jaket dan kunci motor.

Lalu, aku pun langsung menuju ke garasi rumah untuk memanaskan motor.

“Gado-gadonya tiga, ya. Duanya pedes, satu sedang, kayak biasanya. Trus, nanti beli deterjen, sabun cuci tangan, sabun cuci piring, sabun colek, desinfektan, sikat kamar mandi, hanger, kamper-”

“Bu, di-chat saja list barangnya. Biar aku nggak lupa,” kataku memotong omongan Ibu.

“Oh, ya sudah kalau begitu. Nanti Ibu chat. Kamu pesan gado-gadonya aja dulu kalau begitu, ya. Sana hati-hati,” ujar Ibu.

Aku pun mengeluarkan motor dari garasi motor dan menutup pagar rumah. Setelah itu, aku langsung tancap gas ke tukang gado-gado yang berada di depan komplek.

Sesampainya di tukang gado-gado, ternyata tidak ada yang sedang berjaga di gerobaknya.

Aku pun langsung memanggil penjualnya agar dia langsung muncul dari dalam rumah.

“Ibu Sri, beli gado-gado, dong,” ujarku.

Sesaat kemudian, seorang perempuan keluar dari rumah. Namun, perempuan itu bukan Bu Sri. Dugaanku, perempuan itu anak pertama Bu Sri yang katanya sedang berkuliah di luar kota.

Oh, mungkin sedang libur perkuliahannya, pikirku.

“Mau pesan apa, Mas?” ujar perempuan itu.

Saat perempuan itu mendekat, aku baru melihat dengan jelas wajahnya. Kulitnya putih bersih, rambutnya hitam, dan bibirnya mungil.

Cantik sekali, pikirku. Aku bahkan sampai terdiam dengan ekspresi wajah yang aku khawatirkan bisa membuatnya takut.

“Um, halo, Mas? Haha mau pesan apa?” tanyanya lagi sambil tertawa.

“Oh iya, pesan gado-gado tiga, Mbak. Dua pedas, satunya sedang,” jawabku sambil gemetaran.

“Oke, Mas. Ditunggu, ya,” katanya.

Karena belum dikirim list barang belanjaan oleh Ibu, aku memutuskan untuk duduk di kursi kayu panjang di depan gerobak.

Perempuan itu pun dengan cekatan memasukan bahan-bahan untuk membuat gado-gado.

Dia sedang memakai daster berlengan pendek yang kebesaran. Aku menahan diri untuk tidak terlalu fokus memperhatikannya.

Perempuan itu pun mulai mengulek bahan yang ditaruh di atas cobek.

Aduh, harus pergi nih, biar nggak mikir macam-macam, batinku.

Aku pun bangkit dari kursi setelah memutuskan untuk pergi ke minimarket.

Namun, saat bangun dari kursi, gerobak gado-gado itu tiba-tiba bergoyang.

“Eh eh, kenapa, nih,” ujar perempuan itu.

Aku pun menangkap gerobak yang tiba-tiba bergoyang dan bergeser. Si perempuan itu pun menangkap cobek yang hampir terjatuh ke tanah.

BACA JUGASedih, Malam Pertama Unboxing Istri Ternyata Sudah Janda

Keributan kami berdua sontak membuat penghuni rumah dan para tetangga keluar rumah.

“Ibu-ibu, nggak apa-apa ini, cuma selip aja roda gerobaknya,” ujarku kepada para tetangga yang keluar rumah.

"Aduh, mau copot jantung ini rasanya,” batinku sambil membetulkan ganjalan roda gerobak.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co