Jalani 5 Tahun Ramadan di Jepang, Aku Rindu Masakan Ibu

23 April 2021 19:55

GenPI.co - Gedung-gedung jangkung di Prefektur Kyoto tak bersolek. Cahayanya memancar indah saat malam hari, tetapi membawaku ke relung kesepian.

Namaku Rudi Subiyakto, Warga Negara Indonesia yang tinggal di Kyoto, Jepang. Sudah sekian tahun aku tinggal di negeri Sakura dan kota ini memang tak berubuh jauh sejak pertama kali aku datang. 

Puasa di Jepang lima tahun lalu dan hari ini tak ada bedanya. Sepi, aku merasa sepi. Tak ada bau masakan ibu saat menjelang maghrib, tak ada pula wangi es buah pandan yang menggoda.

BACA JUGABara Abiyasa 8 Tahun di Jerman, Kangen Takjil Banget saat Puasa

Ya, pengalaman hidup menjadi minoritas Muslim di negeri matahari terbit bagiku cukup sulit.

Kota ini dan warga-warganya memang gila bekerja. Suasana Ramadan tak pernah aku rasakan di negara ini.

Saat jelang hari raya Idul Fitri, suasana di sini makin tak karuan. Sampai sehari menjelang hari raya, orang-orang masih sibuk bekerja.

Tak ada yang peduli kalau besok takbir mesti berkumandang dan umat Muslim merayakan kemenangannya.

Aku dan kawan-kawan Muslim di sini biasanya menggunakan masjid yang tak terlalu besar untuk beribadah.

Namun, karena salat Idul Fitri termasuk ibadah yang besar, kami biasanya sampai menyewa ruangan di gedung untuk menampung para jemaah.

Selain Muslim Indonesia, berbagai Muslim dari negara lain juga ikut salat berjamaah, seperti Pakistan, Arab, dan masih banyak lagi.

Meskipun harus menyewa gedung, kami tak pernah ditarik iuran khusus. Pikirku, uang sewa itu merupakan hasil dari uang infak.

Sepulang salat Idul Fitri, kami biasanya pulang ke apartemen masing-masing. Aku bersama teman kos pun bersalaman dan saling memaafkan.

Kadang kami memasak opor, gulai, rendang, atau apa pun yang mampu membawa kami merasa hidup di Indonesia.

Beberapa teman menelpon ibu dan bapak mereka. Matanya berair seketika saat suara wanita yang melahirkannya terdengar pada hari kemenangan.

BACA JUGAKisah Mualaf: Ustaz Hanan Attaki Menuntunku Mengucap Syahadat

Di tengah kehangatan manusia di ruang yang sempit ini, di bagian luar kos, orang-orang Jepang masih sibuk berjalan kaki menuju stasiun dan siap berangkat bekerja.

Tahun ini menjadi Ramadan terakhirku di Jepang. Selanjutnya aku berencana pulang ke Tanah Air, memulai bisnis baru. Kujalani dengan penuh syukur.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Chelsea Venda

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co