Main Sama Janda Malam-Malam di Pos Ronda Sambil Ditonton Tetangga

05 Mei 2021 14:40

GenPI.co - Malam ini memang malam minggu, tapi sayangnya aku kebagian jadwal ronda malam.

Sebenarnya, kompleks perumahan kami sudah mempekerjakan satpam. Namun, tiap Jumat malam dan Sabtu malam, para laki-laki masih melakukan ronda malam.

BACA JUGA: Reuni SMP Jadi Awal Perselingkuhan dengan Cinta Pertamaku

Tak ada alasan khusus, katanya sih hanya untuk menjalin tali silaturahmi.

Sebenarnya, aku tak terlalu suka program ronda ini. Namun, karena Bapak menyuruhku untuk datang saja tiap sebulan sekali, maka aku lakukan.

Shift ronda biasanya mulai pukul 10 malam hingga 3 pagi. Namun, aku malam ini datang terlambat 30 menit.

“Dari mana, kok baru datang, Rud?” tanya Pak Abdul, tetangga gang sebelah.

“Malam mingguan, Pak, hehe. Macet tadi di jalan pulangnya,” jawabku sambil duduk di pos ronda.

BACA JUGA: Demi Menyenangkan Suami, Aku Rela Melakukan Untuknya

“Dasar anak muda ckckck,” ujar Pak Ahmad, tetangga persis di sebelah rumahku.

Kami pun mengobrol tentang beberapa topik ringan, mulai dari pertandingan bola, urusan pekerjaan, hingga urusan kuliahku.

Kami mengobrol sambil bermain kartu dan merokok.

“Pada mau pesan kopi, nggak?” tanya Pak Abdul. Semua orang mengiyakan tawaran itu.

Saat jadwal ronda, kami biasanya memesan kopi di rumah Mbak Fitri yang ada di seberang pos ronda.

Mbak Fitri adalah seorang janda muda yang parasnya cantik luar biasa.

Kebetulan, dia juga punya warung, walaupun tengah malam tutup, tapi biasanya dia belum tidur sampai pukul 1 pagi.

Pak Abdul pun pergi memesan kopi di rumah Mbak Fitri dan kembali ke pos ronda. Kami pun melanjutkan obrolan kami yang sempat tertunda saat Pak Abdul pergi memesan kopi.

Tak berselang lama, Mbak Fitri datang. Obrolan kami pun terhenti saat Mbak Fitri datang dan memberikan kopi yang kami pesan.

“Ini kopinya, ya, bapak-bapak,” ujarnya sambil menaruh nampan.

“Makasih, Mbak Fitri,” sahutku sambil menerima kopi yang dia berikan.

Usai membagikan kopi, tatapan Mbak Fitri tertuju pada susunan kartu yang berserakan di lantai pos ronda.

“Wah, lagi pada main poker ya?” tanya Mbak Fitri.

“Iya, nih. Kebetulan si Rudi cuma bisa main poker doang. Payah emang anak muda,” jawab Pak Ahmad.

“Wah, saya ikut dong seronde, boleh?” tanya Mbak Fitri.

“Oh, boleh boleh. Sini, Mbak,” ujar Pak Abdul.

Mbak Fitri pun duduk di sampingku, lalu kami berempat main poker bersama-sama.

Sampai akhirnya, tinggal aku dan Mbak Fitri yang masih memegang kartu. Sambil berpikir, aku sesekali mencuri pandang untuk melihat paras Mbak Fitri yang menawan, walaupun tanpa polesan make up.

Permainanku dan Mbak Fitri ditonton oleh Pak Abdul dan Pak Ahmad.

Sayangnya, Mbak Fitri berhasil mengalahkanku.

“Yes, saya menang. Seronde lagi deh, trus saya balik ke rumah, mau tidur,” ujar Mbak Fitri.

“Emang Rudi payah main kartunya, nih,” kata Pak Ahmad.

“Haha iya nggak biasa main kartu,” kataku sambil tertawa dan merapikan kartu kembali untuk dikocok.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co