Ramadan di Jerman, Aku Menjadi Guru Ngaji untuk Anak Indonesia

09 Mei 2021 09:50

GenPI.co - Namaku Zahra Inatsa Hauna. Gadis perantauan Bandung yang sedang menempuh pendidikan pasca sarjana di Mannheim, Jerman. 

Tahun ini sudah memasuki tahun keempat aku merasakan bulan Ramadan di luar negeri. Rindu keluarga dan seluruh tradisi yang ada itu sudah pasti aku rasakan.

Meski begitu, aku tetap mengucap syukur karena masih bisa merasakan bulan Ramadan sekali pun jauh dari keluarga. 

BACA JUGAJalani 5 Tahun Ramadan di Jepang, Aku Rindu Masakan Ibu

Tidak kalah bersyukur, di Jerman masih terdapat masjid Indonesia yang mana aku bisa merasakan nikmatnya buka bersama, tarawih, bahkan menikmati takjil khas negeri sendiri.

Selama bulan suci aku mengadakan pesantren kilat untuk anak-anak kecil berkebangsaan Indonesia di Jerman. 

Namun, bedanya di tempat tersebut mengajar harus menggunakan bahasa Jerman karena tak semua anak-anak di sini bisa bahasa Indonesia.

Selama berpuasa di negeri orang hal yang cukup menyiksa adalah berpuasa selama 19 jam terlebih bersamaan dengan musim panas. Rasa haus begitu terasa hingga badan menjadi lemas.  

Hal yang cukup aku rindukan selama berpuasa di Indonesia adalah pasar Ramadan. Berbagai macam makanan hingga minuman dengan mudahnya ditemukan untuk menu berbuka puasa. 

Walau begitu, ada hal menyenangkan juga yang bisa aku rasakan selama di Jerman. Tidak jarang aku berpindah masjid untuk mencoba suasana baru di tempat tersebut.  

Karena rasa penarasan cukup tinggi tidak jarang membuat aku dan beberapa temanku mendatangi masjid Arab hingga Turki  untuk merasakan tradisi buka bersama di sana.

"Merasakan bulan Ramadan bersama orang muslim dari berbagai negara lebih terasa ikatan persaudaraanya," ucapku, senang.

Walau menjadi minoritas, aku bersyukur tidak pernah lupa sedang menjalankan puasa terlebih di sekitarku makan dan minum begitu bebasnya. 

Untuk menahan rasa lapar, aku membiasakan diri untuk sahur dengan memasak. Bila tidak sempat aku memilih makan roti.

BACA JUGARamadan di Jepang, Aku Kesulitan Temukan Makanan Halal

Selama menahan haus dan lapar tidak jarang aku mendapat simpati dari beberapa orang yang tidak mengerti apa itu puasa. 

Namun, tidak semua orang bersikap demikian. Beberapa orang justru memiliki toleransi cukup tinggi dan mengerti bagaimana harus bersikap.

"Hari ini jangan panas-panasan, ya. Zahra lagi puasa," ucap salah satu teman baikku.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co