GenPI.co - Ada banyak hal menyedihkan yang terjadi dalam kehidupan ini.
Misalnya hal yang baru saja aku alami beberapa hari setelah Lebaran lalu.
BACA JUGA: Enak Banget, Di Pos Ronda Mainnya Bergilir
Jika dirunut dari awal, kisah yang aku alami kemarin berawal dua tahun lalu.
Saat itu, aku baru saja menyelesaikan pendidikanku di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta.
Setelah resmi lulus dan wisuda, aku berusaha untuk melamar pekerjaan sesuai bidang yang aku kuasai.
Sembari menunggu panggilan wawancara pekerjaan, aku berusaha mencari uang dengan mengajar kursus bahasa Inggris.
Singkat cerita, ada salah satu adik tingkatku di kampus yang berminat kursus bahasa Inggris denganku.
BACA JUGA: Main Sama Janda Malam-Malam di Pos Ronda Sambil Ditonton Tetangga
Setelah mengetahui biaya dan peraturan kursus, adik tingkatku yang bernama Nada itu bersedia.
Setiap hari Selasa dan Jumat, aku pergi ke rumah Nada untuk sesi kursus.
Singkat cerita, aku mengetahui bahwa Nada menyimpan rasa kepadaku.
Hal itu dapat aku lihat dari sikapnya yang sangat perhatian kepadaku.
"Mas Raka, boleh tanya?" kata Nada.
"Boleh, kan ini lagi sesi kursus. Tanya aja, Na," jawabku.
"Mas suka nggak sama aku?" tanya Nada.
Aku tak kaget saat mendengar pertanyaan tersebut.
Pasalnya, seperti yang sudah aku bilang, aku sudah tahu dia menyukaiku.
Aku sudah menanti momen seperti ini, di mana Nada secara tidak langsung menyatakan perasaan cintanya kepadaku.
Aku sebenarnya juga menyukai Nada, tapi aku tak ingin memulai perasaan ini lebih dulu.
"Kalau suka, aku harus bagaimana?" tanyaku kepada Nada.
"Kalau suka, kita harus bersama," jawabnya.
Sejak kejadian itu hubunganku dengan Nada makin dekat, bahkan bisa dibilang seperti hubungan orang pacaran.
Hubungan menyenangkan ini kami jalani tanpa status yang pasti.
Meskipun begitu, aku dan Nada merasakan bahagia dari cinta.
Singkat cerita, aku diterima bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jepang.
Hal itu pun membuatku mau tak mau harus meninggalkan Nada di Indonesia.
"Mas serius mau ke Jepang? Lalu, aku bagaimana?" tanya Nada.
"Tenang saja, secepatnya, mas akan kembali, melamarmu," jawabku menenangkan.
"Aku tunggu janjimu," jawab Nada sambil tersenyum.
Aku pun berangkat dan mulai menjalani kehidupan baru di Jepang.
Di setiap waktu luangku, aku selalu menyempatkan untuk melihat wajah Nada via video call.
Namun, rencanaku untuk pulang cepat dan melamar Nada saat Lebaran tahun kemarin gagal.
Hal itu terjadi karena pandemi covid-19 yang melanda di seluruh dunia.
Meskipun cukup berat, kami berdua masih bisa bertahan dalam keterbatasan temu.
Singkat cerita, alhamdulillah di Lebaran tahun ini aku sudah bisa kembali ke tanah air tercinta.
Di momen Lebaran kemarin, aku datang ke rumah Nada seorang diri.
Kedatanganku di rumah Nada disambut dengan raut wajah heran.
Wajar saja, karena aku memang tak memberitahu Nada perihal kepulanganku.
"Loh, kok nggak bilang sudah di Indonesia?" tanya Nada.
"Kejutan," jawabku sambil tersenyum.
Setelah cukup lama berbincang dengan Nada dan keluarganya, aku berniat menyampaikan keinginanku untuk menikahi Nada.
Namun, belum sempat aku menyampaikan niat baikku, Nada memberikan sebuah undangan pernikahan kepadaku.
"Mas, ini undangan buat kamu. Bulan depan aku menikah dengan Mas Roni, anak teman ayah," kata Nada sembari menyerahkan undangan.
Tak ada raut sedih atau kecewa yang terlihat di wajah Nada.
Dia terlihat biasa saja, berbeda denganku yang merasakan lara luar biasa.
"Jadi, selama ini kita apa, Na?" jawabku menahan tangis.
"Mas nggak lebih dari guru kursus bahasa Inggris," jawabnya.
Mendengar hal itu, aku langsung pergi dari rumah Nada.
Tak aku sangka, hubungan yang selama ini kami jalani ternyata hanya dibuat mainan olehnya.
Sebenarnya, aku tak pantas untuk merasa sedih atas pernikahan Nada.
Toh, selama ini memang aku tak punya hubungan resmi bersama Nada.
Wajar saja jika kini dia begitu tega, dengan santainya dia menyerahkan undangan pernikahan.
Yang paling tak aku duga, aku disakiti di momen orang saling memaafkan.
Namun, biarlah semua itu terjadi, kini, aku tahu, bahwa Nada, bukan orang yang pantas untuk aku perjuangkan.
Terima kasih, Tuhan. Terima kasih telah menunjukkan sifat asli Nada, sebelum aku menikahinya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News