GenPI.co - Lebaran kerap menjadi momen yang paling ditunggu umat muslim usai sebulan menjalani puasa Ramadan.
Momen itu terasa hangat ketika anggota inti keluarga bertemu untuk saling meminta maaf.
Bahkan, kegiatan itu masih berjalan, meski ibu telah berpulang menghadap Tuhan Yang Maha Esa.
BACA JUGA: Pijatan Lembut Bikin Sayangku Tak Kedip, Dia Bergelinjang
Tahun ini, aku melewati Lebaran kali kedua tanpa sosok ibu yang selama 22 tahun terakhir bersamaku.
Hatiku pun terasa mati lantaran tak mengetahui harus bersikap seperti apa. Waktu pertama ditinggal ibu, aku belum merasa kehilangan karena ada sosok nenek di sampingku.
Akan tetapi, tahun kedua Lebaran ini, aku sangat merasa kesepian dan amat merindukan ibu.
Aku berprasangka kalau dunia harus berhenti untuk menghormati ibuku yang telah tiada.
Sebab, aku yakin bahwa tiada sosok yang tepat menggantikan ibu di dunia bagian mana pun.
"Maafkan aku ibu. Aku ingin dunia ini berhenti di sini sekarang juga," pikirku saat Idulfitri kemarin.
Momen Lebaran kali ini pun aku baru merasa tak tahu harus berbuat apa, selain berdoa kepada Allah untuk kebahagian ibuku.
Sebab, aku biasanya meminta maaf kepada ibuku secara langsung, bahkan pada tahun pertama pun aku mengunjungi makamnya.
Aku bersama kedua adikku saat ini meyakini, jika kami rajin berdoa dan sedekah, jalan ibu menuju Allah akan terbuka lebar dan terang.
Selain itu, aku ingin merawat peninggalan ibu, yakni aku dan kedua adikku.
"Ibu, terima kasih telah melahirkan kami ke dunia. Meski aku ingin dunia berhenti, bukan berarti doaku untukmu berakhir," gumamku.
Aku pun cukup sedih lantaran tak bisa pulang kampung untuk berkunjung ke tempat istirahat terakhir wanita yang melahirkanku 25 tahun silam itu.
Momen Lebaran terakhir yang aku ingat ialah ketika meminta maaf saat belum belum bekerja, meski sudah lulus kuliah.
BACA JUGA: Silaturahmi ke Rumah Kekasih, Pulang Dapat Undangan Pernikahan
Kala itu, ibu sangat menerima kekurangan dan kelemahanku dengan terus memberi semangat kepadaku untuk maju.
"Kamu yang sabar, tetap usaha, dan salat," ucap ibu usai memaafkanku.
Perkataan penuh makna itu membuat hatiku tenang ketika menghadapi masalah apa pun. Sebab, aku yakin bahwa doa ibu tak akan pernah putus meski telah tiada. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News