Berkeringat Bersama di Dapur, Pacarku Teriak Minta Ampun!

18 Juli 2021 18:50

GenPI.co - Langit Jakarta hari ini terlihat sangat mendung. Gelap, seperti kamar pengantin baru saat malam.

Mendung pun berganti dengan hujan. Deras, menghujani jalan Jakarta yang penuh sesak.

Di tengah suara hujan, terdengar suara dering pertanda ada pesan masuk. Saat aku lihat, ternyata pesan dari Kayara, kekasihku.

BACA JUGA:  Baru 2 Bulan Menikah Suamiku Sudah Menyimpan Wanita Lain

"Sayang, aku takut di rumah sendiri. nggak mau ke sini?" kata Kayara.

Tak banyak berpikir, aku pun langsung bersiap menuju rumah Kayara. Hujan deras pun akan aku terjang untuknya.

BACA JUGA:  Suamiku Kebanyakan Minum Jamu Kuat, Aku Sampai Kewalahan

"On the way, sayangku!" balasku.

Setelah memakai jas hujan, aku pun langsung melaju menuju rumah Kayara. Sepanjang perjalanan, pikiranku penuh dengan hal-hal menyenangkan.

Tentu, kesempatan ini sangat bagus sekali. Kapan lagi, di cuaca yang pas ini, Kayara di rumah sendiri.

Setelah beberapa menit berkendara, akhirnya aku sampai di rumahnya.

"Assalamualaikum," kataku sembari mengetuk pintu.

Suara langkah kaki terdengar pelan menuju pintu. Saat dibuka, terlihat sosok wanita yang sangat aku cintai.

"Eh, sayang. Akhirnya sampai juga," katanya.

Kami berdua langsung masuk menuju ruang tamu. Suasana rumah sangat hangat, seperti senyum milik Kayara.

"Bapak Ibu lagi ke luar kota, aku ditinggal sendiri," kata Kayara.

"Kan, ada aku. Jadi, kamu nggak sendiri lagi," jawabku.

Kayara tersenyum, aku juga. Sungguh, aku rasa senyum miliknya terbaik di dunia, aku tak peduli perspektif orang lain.

Mendadak, Kayara menawarkan hal yang cukup mengejutkan. Ekspresinya pun berubah menjadi sangat menggoda.

"Kamu mau aku hangatin nggak?" tanya Kayara menggoda.

"Mau, di mana?" tanyaku.

"Di dapur, sayang," jawabnya.

Tanpa basi-basi, Kayara langsung menyeret tanganku menuju dapurnya. Pikiranku jadi nggak karuan.

Sesampainya di dapur, dia mengambil sesuatu di laci. Suara plastik terdengar saat dia mengambil barang itu.

"Aku hangatin dengan mi kuah pedas rasa ayam bawang kesukaanmu, ya?" kata Kayara.

Ya, mi kuah pedas rasa ayam bawang memang sangat istimewa bagiku. Kayara memang selalu tahu kesukaanku.

"Mau mau. Cabainya sepuluh! " jawabku dengan gembira.

"Ih, pedas banget," jawabnya.

Kayara pun langsung meracik semua bumbu yang diperlukan. Tangannya terlihat sangat lihai saat memotong cabai.

Setelah beberapa saat, semangkuk mi kuah pun akhirnya jadi. Aku pun sangat senang dan tak sabar merasakan.

"Makan dulu, yuk, sayang," kata Kayara.

Saat aku coba, rasanya sangat menakjubkan. Minya tidak terlalu lembek dan pedasnya juga pas di lidah.

Namun, ini terlalu pedas untuk Kayara. Sebab, dia memang tak terlalu suka makanan pedas.

"Ampun, kok pedas banget, sih mas," kata Kayara.

"Kan, kamu sendiri yang masak," jawab sembari tertawa.

"Iya, sih. Kamu emang jagonya makanan pedas" jawabnya.

Perlahan, wajah Kayara pun penuh dengan keringat. Meski terasa pedas, dia terlihat menikmati mi kuah buatannya.

Singkat cerita, hujan pun sudah reda. Jam juga sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Aku pun langsung berpamitan kepada Kayara. Tak enak dengan tetangga jika terlalu lama. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Landy Primasiwi Reporter: Andi Ristanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co