Tante Reni Masuk Kamar, Sentil-Sentil, Joni Bangun

04 Agustus 2021 12:38

GenPI.co - Namaku Dimas. Aku mahasiswa di salah satu universitas swasta di Jakarta. Saat ini aku sedang mudik ke kampung halamanku.

Sebelum pandemi virus corona (covid-19) melanda Indonesia, aku tinggal di indekos di kawasan Palmerah.

Banyak kisah lucu yang aku rasakan di sana. Salah satunya soal kebiasaan para penghuni indekos.

BACA JUGA:  Kisah Cinta: Semuanya Gara-Gara Virus Corona

Penghuni indekos di sana hanya enam orang. Semua penghuni di indekos itu adalah temanku.

Kami satu angkatan. Satu jurusan pula. Kami pun bebas melakukan apa pun, asalkan positif.

BACA JUGA:  Kisah Cinta: Jodohku Datang dengan Cara Tidak Diduga

Pemilik indekos itu adalah Tante Reni. Usianya sekitar 45 tahun. Dia lebih sering sendiri karena suaminya bekerja di Kalimantan.

Meskipun sudah berusia kepala empat, Tante Reni tidak ubahnya seperti gadis. Dia bisa merawat tubuhnya dengan baik.

BACA JUGA:  Kisah Cinta: Aku Pergoki Pacarku Bareng Cewek di Kamar

Tutur katanya juga tertata. Maklum saja. Kebaikannya tidak kira-kira. Kami sudah dianggap anak sendiri.

Tante Reni tidak pernah mempermasalahkan siapa pun yang bermain atau menginap, asalkan bukan lawan jenis.

Tante Reni tinggal di rumah induk. Jika tanggal tua, Tante Reni sering menyediakan makanan buat para penghuni indekos.

“Kita beruntung banget, ya, tinggal di sini,” kata Fadli, teman sebelah kamarku.

“Keberuntungan orang, kan, beda-beda,” ujarku.

“Besok kalau skripsi, nama Tante Reni aku masukkan,” ucap Fadli.

Aku sepakat dengan Fadli. Kebaikan Tante Reni memang luar biasa. Dia tidak hanya pemilik indekos, tetapi juga seperti orang tua bagi kami.

Tante Reni tidak sungkan menasihati kami. Mungkin saja karena dia merindukan anak.

Hingga saat ini Tante Reni memang belum dikaruniai momongan. Entahlah. Kami hanya bisa menebak-nebak.

Kami juga sering mengandalkan Tante Reni ketika ada kuliah pagi. Kami meminta dia membangunkan.

Sebelumnya, kami tidak menutup pintu biar Tante Reni bisa masuk kamar siapa pun yang meminta bantuan.

Tante Reni selalu bersedia. Dia memang selalu bangun pagi. Cara yang dilakukan Tante Reni untuk membangunkan kami pun bermacam-macam.

Dia biasanya hanya menggoyang-goyangkan tubuh kami. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Joni, teman indekosku.

Joni memang susah dibangunkan. Meski badannya sudah digoyang-goyang, dia masih saja terlelap. Sering sekali seperti itu.

Namun, Tante Reni tidak pernah kehabisan kesabaran. Dia akan menyentil telinga Joni. Jika sudah seperti itu, Joni pasti bagun.

“Kalian kuliah yang benar. Jangan sembarangan. Persaingan, kan, berat,” kata Tante Reni.

Rasanya akun pengin segera kembali ke Jakarta. Aku benar-benar merindukan berbagai momen menyenangkan bersama teman-teman indekosku. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng Reporter: Panji
tante   indekos   kamar   mahasiswa   dear diary  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co