GenPI.co - Aku pun tidak mengerti, rasa takutku akhirnya membuat khilaf. Malam itu, aku dan pacar nambah sampai tiga ronde.
Pengalamanku ini mungkin bisa jadi pelajaran yang berharga.
Waktu itu, aku dan pacarku yang lebih tua lima tahun, mengajakku liburan ke Kota Semarang.
Aku pun mengiyakan saja ajakan tersebut meski agak ragu.
"Kalau satu hari, kayaknya capek. Paling enggak harus dua hari," kata dia.
Entah setan apa yang merasukiku, aku mengikuti rencananya.
Liburan dua hari itu sama saja aku harus menginap di kota tersebut. Ya, aku menginap dengan pacar di hotel.
Tentu saja kami tidur terpisah kamar.
Sesampainya di Semarang, aku segera berberes si kamar hotel.
Tak lupa mandi dan membersihkan diri.
Pacarku memintaku untuk beristirahat dahulu. Sebab, malamnya dia akan mengajakku melakukan hal gila.
"Waduh, jangan-jangan...," pikirku.
Malam pun tiba. Aku diajak pacar pergi berkeliling ke Kota Semarang. Mulai dari Simpang Lima, Tugu Muda, Lawang Sewu, hingga wisata kuliner.
Di bagian wisata kuliner itu, pacarku mulai menunjukkan gelagat aneh.
"Aku akan ajak kamu makan yang unik," katanya.
Tibalah kami di sebuah warung makan. Tampak sederhana, tetapi cukup menarik.
Saat aku duduk, sang pacar langsung memesankan makanan buatku.
Tak kusangka, bentuk makanan itu membuatku kaget. Bentuknya agak aneh dan hitam.
"Ini apa?" kataku.
Dia bilang ini adalah babat gongso. Aku tahu babat adalah sebutan untuk jeroan.
Aku benar-benar tak menyangka dia memesan makanan ini. Aku tidak pernah mencoba dan tentu saja tidak suka.
Akan tetapi, pacarku memaksaku untuk mencobanya.
"Ayo, sayang. Dikit aja, deh. Ujungnya doang juga boleh," katanya.
Apa? Ujungnya doang? Aku pikir melihatnya saja sudah aneh, apalagi memakannya.
Namun, akhirnya aku luluh dan khilaf. Aku memakan itu demi pacarku yang terus memelas.
"Wow, rasanya enak sekali," girangku.
Pacarku hanya tersenyum. Tak lama kemudian makanan itu pun habis. Habisnya tiga piring.
Astaga, aku nambah sampai tiga ronde. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News