Pedang Milik Menantu Panjang dan Keras, Aku Sampai Merintih

20 September 2021 17:05

GenPI.co - Namaku Diana. Pengalaman masa lalu mengajarkanku akan pentingnya menggunakan pengaman sebelum menyentuh.

Kini, aku merasakan pahitnya keteledoran dari apa yang kutanam 2 tahun lalu.

Kejadian ini berawal saat aku melakukan kunjungan singkat ke rumah anakku, Pamela. Semenjak menikah dengan Mike, ia memutuskan untuk mengikuti suaminya dinas dan tinggal bersama di Lombok. Tepatnya sudah setahun sejak kunjungan terakhirku.

BACA JUGA:  Di Dalam Kamar, Bapak Kost Tercengang Melihat Semangka Besarku

Kunjunganku kala itu memang cukup lama, hampir 2 minggu. Lebih lama dari kunjungan pertamaku yang hanya 4 hari.

Mike, menantuku adalah seorang yang memiliki hobi cukup unik, yakni kolektor benda pusaka. Pekerjaan utama memang arsitek, mendesain untuk bangunan hotel berbintang di Lombok dan Bali.

BACA JUGA:  Durenku Dibelah Sama Bapak Kost, Nikmatnya Sampai ke Puncak

Beberapa hasil rancangannya bahkan kini menjadi rujukan bagi arsitek dunia. Satu mahakarya-nya adalah resort dengan nuansa adat Lombok yang dibangun di pinggir pantai Gili Terawangan.

Balik ke masalah hobi. Mike merupakan seorang yang sangat detail terhadap koleksinya. Deretan lemari dengan ukiran Jepara disusun rapi di sudut-sudut rumah. Semuanya berisi benda-benda antik yang ia koleksi semenjak 10 tahun terakhir. Tepatnya saat ia di bangku perguruan tinggi.

Mike bertemu Pamela di sebuah pemeran lukisan dan benda antik di Bali 6 tahun lalu. Saat itu Pamela hadir sebagai kurator dari karya seni yang dipertunjukkan di acara itu.

Di rumah mereka, terdapat sebuah benda pusaka milik Mike berupa pedang bertuliskan aksara Jawa Kuno. Pedang itu sengaja tidak disimpan di dalam lemari dan hanya dibiarkan tergeletak di atas meja dengan beralaskan sebuah kain putih. Bahkan, pedang itu tidak juga ditutupi kaca supaya tetap bersih dan terjaga nilainya.

Pedang itu memiliki nama “EMPU SAKTI PAMUJA”. Konon, pedang ini dulunya milik seorang pangeran Banyuwangi yang dikenal kesaktiannnya. Pedang dengan warna cokelat gelap tersebut sangat panjang, mungkin hampir 2 meter. Ujungnya sangat runcing, dengan pegangan berbentuk bulat pepat.

Kata Mike, itu pedang ia dapatkan tidak sembarangan, bukan pula melalui lelang atau rebutan. Pedang tersebut diberikan oleh seorang pemangku adat suku Osing di Banyuwangi lantaran Mike dianggap orang yang tulus dan jujur. Mungkin ini klise, tetapi pedang tersebut tidak akan bisa sampai pada orang yang tidak amanah. Seperti sudah ada sinyal.

Pedang tersebut pun tidak bisa diserahterimakan langsung kepada penerusnya. Melainkan datang sendiri ke rumah calon empunya. Saat itu Mike diminta untuk meletakkan kain putih di atas meja. Benar, 2 hari berikutnya, pedang terssebut tiba-tiba sudah berada di rumah Mike.

Mike sama sekali tidak pernah menjelaskan lebih detail mengenai pedang pamungkas itu. Setiap kali aku bertanya dan pensaran, ia selalu bilang “Ibu cukup tahu bentuknya yang perkasa saja, nikmati dengan mata telanjang. Konon bisa menyegarkan otak dan membuat rileks bagi yang melihat,” ujarnya.

Memang benar, tiap kali aku memandang pedang itu, aku merasa stresku hilang.

Namun, sayangnya suatu tragedi mengejutkan terjadi kala itu. Diliputi rasa penasaran, aku pun dengan beraninya memegang ujungnya dengan penuh hati-hati.

Saat aku pegang ujungnya, tak tahu kenapa tubuhku langsung bergetar hebat. Mataku mendadak keluar air mata dan keringat mengucur di sela-sela dada.

Aku pun, dengan kaget langsung tersentak dan merintih kesakitan. Rasanya panas.

“AWWWWW AHHHH AHHHH panasssss”

“Mike, Pamelaaaaaa tolongin Ibuuuuuu, Ini kenapa?”

Mike yang sedang menguras kolam di belakang rumah, mendadak lari tunggang langgang ke ruang tengah dan menyelematkanku.

Ia membaca mantra khusus, dan tiba-tiba menarikku dengan sangat kuat. Aku pun terpental di sofa bersama Mike.

Pamela yang sedang memasak juga datang melihatku kesakitan. Ia tak bisa berbuat apa-apa selain melihat bahwa ibunya sedang pingsan.

“Ibuuuuuuu”

Bersyukur aku masih hidup hingga kini. Meski trauma menyelimuti. Satu hal yang Mike dan Pamela lupa memberi tahu. Rupanya untuk memegang pedang itu terlebih dulu harus membaca mantra khusus dan memakai pengaman. Pengaman berupa sarung tangan.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co