Usai Menanam Benih, Arya Tega Kabur Tinggalkan Aku dan Bayi

11 Oktober 2021 20:05

GenPI.co - Namaku Antika. Ini ceritaku tujuh tahun lalu saat aku berusia 20 tahun.

Masa mudaku sangat aku manfaatkan dengan penuh keceriaan dan warna, menurut porsiku pada saat itu. 

Aku sering berpesta, minum beralkohol, hingga melakukan hubungan layaknya suami istri dengan semua kekasihku, tak lupa juga pria lain yang aku tidak ingat namanya.

BACA JUGA:  Pedang Milik Menantu Panjang dan Keras, Aku Sampai Merintih

Aku mulai menikmati indahnya gemerlap malam sejak 16 tahun. Masa SMA menurutku yang membuatku mencari jati diri, ingin dikenal, dan ingin menjadi orang hebat.

Setelah lulus SMA, aku memutuskan untuk kuliah di Bandung. Tanpa pengawasan orang tua, memang itu yang aku cari.

BACA JUGA:  Pedang Calon Suami Kecil, Aku Kurang Puas

Semua berjalan mulus, bahkan aku bertemu seorang pria yang membuatku hidup menjadi lebih baik tanpa harus berpesta seperti dulu.

Namanya Arya. Sejak aku bertemu dengannya semua berubah. 

BACA JUGA:  Azab Istri Egois, Sang Suami Direnggut Maut

Aku sudah tidak pernah lagi hidup di dunia malam atau mencari kesenangan. Aku sehari-hari hidup bersama dia, seperti pasangan suami istri.

Ya, benar. Layaknya pasangan suami istri. 

Sudah setahun aku berpacaran dengan dia. Malam itu dia menginginkan hal yang aneh.

Hubungan macam itu sudah aku lakukan hampir setiap hari. Namun, kali ini berbeda.

Setelah satu bulan lebih aku mengeluh sakit di perut bahkan sampai demam.

"Kita ke dokter sayang?" tanya Arya.

"Iya, sayang. Aku sudah nggak kuat," sahutku.

Sampai di dokter umum pun kami tidak memiliki diagnosa yang pasti. Dokter hanya menyuruh aku untuk istirahat dan hubungi dokter kandungan.

"Sepertinya mba harus datang ke dokter kandungan untuk memastikan masalah ini. Saya khawatir ada kelainan di bagian perut," ucap dokter itu.

Aku sudah deg-degan sekali. Sangat takut bahkan gemetaran.

"Sayang, aku kenapa? Aku takut sekali," kataku.

"Sekarang kita periksa ke dokter kandungan, ya. Untuk memastikan ini baik-baik saja," kata Arya.

Tiba di dokter kandungan, ternyata aku hamil. Aku dan Arya bingung dan sangat sedih, terlebih kami harus kehilangan masa depan dan harapan orang tua kami pun pupus.

Setelah pulang, Arya pun seakan menghilang. Dia pindah kos, bahkan aku tidak pernah melihatnya lagi di kampus.

Arya aku tunggu-tunggu hingga empat bulan. Aku memutuskan untuk pulang ke rumah, memberanikan diri bersujud di kaki ayah dan ibuku.

"Ma, Pah, maafkan aku. Aku sudah mengandung," kataku bersuara lirih.

Betapa terkejudnya mereka. Papah sampai banting handphonenya karena marah.

Mereka tidak menyuruhku untuk mempertemukan dengan Arya. Mereka tidak ingin aku menikah dengan pria itu, sepertinya batin mamah dan papah sangat lekat denganku.

Akhirnya, aku melahirkan dan membesarkan putri cantikku bernama Vina. Saat ini sudah enam tahun aku melewati masa kelam itu.

Aku membenci Arya dan tidak tahu dimana keberadaannya. Namun, putri cantikku Vina adalah permata hatiku dan harapanku. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Annissa Nur Jannah

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co