Pacar Setengah Psikopat, Tanganku Diborgol hingga Sesak Nafas

22 Oktober 2021 22:50

GenPI.co - Namaku Dita (samaran). Ini kisahku enam tahun lalu, saat aku masih menjadi seorang mahasiswi.

Di kampus aku terkenal sangat populer. Bahkan, setiap kali aku melewati lorong hingga kantin ada saja yang memanggilku.

Aku tidak terlalu bangga dengan ketenaranku di kampus. Itu malah membuatku tersiksa.

BACA JUGA:  Selingkuh dengan Gadis Penjual Kopi, Tuhan Turunkan Azab

Apalagi, saat kekasihku Firly (nama samaran) menjemput. Dia mahasiswa beda kampus. 

Aku pun heran, bagaimana orang-orang melihatku cantik. Aku merasa biasa saja, bahkan di mata kekasihku aku hanyalah seorang yang tak berdaya.

BACA JUGA:  Pedang Milik Menantu Panjang dan Keras, Aku Sampai Merintih

"Halo Dita cantik," sapa salah seorang kakak tingkat di kampus.

Tidak lama, muncul dari belakang Firly yang langsung memegangku dengan erat dan sesekali menusukkan jarinya ke kulit tanganku.

BACA JUGA:  Pedang Calon Suami Kecil, Aku Kurang Puas

"Aw, sakit, cukup," kataku sambil meneteskan air mata menahan perih.

"Kamu jangan sok cantik, kecentilan kamu! Suka digodain cowok itu, kan?," sahut Firly bernada tinggi.

Aku sebenarnya sudah kenyang dengan sikap Firly. Setiap hari, ada saja yang memar dibagian tubuh yang tak terlihat.

Meski di kampus aku tenar, tidak ada satu orang pun yang boleh main denganku. Itu salah satu syarat dari Firly.

Sehingga, aku tidak memiliki sahabat yang benar-benar dekat denganku untuk mendengarkan keluh kesah.

Singkat cerita, aku tidak tahu persis tanggal diriku mendapatkan penyiksaan yang sungguh luar biasa dari Firly.

Malam itu Firly menelponku memaksa untuk ikut dengannya mengikuti acara 40 harian neneknya di Yogyakarta.

Sebagai anak kost, aku tidak bisa meminta tolong ibu untuk menahanku. Aku hanya bisa pasrah menemaninya.

"Surprise, ini buat kamu," sambil memberikan hadiah.

"Wah, ini bagus banget," jawabku.

"Kamu suka nggak?," tanya Firly.

"Aku suka banget, tapi tidak perlu yang mahal. Aku takut hilang," sahutku dengan perasaan tidak enak.

Tidak lama kemudian, Firly tanpa berkata sepatah kata pun menancapkan mobilnya dan melacu kencang. Aku teriak ketakutan, tetapi Firly hanya bisa tertawa melihatku gelisah.

Aku berdoa dalam hati, terus dan terus. Tidak berhenti, meminta pertolongan agar aku bisa bebas dengan Firly.

Kemudian, sekitar pukul 02.00 WIB, kami sampai di rest area. Aku yang sudah tidak kuasa menahan air mata ini akhirnya menangis dengan penuh gemetar.

"Kamu kenapa sayang?" sambil mencoba memelukku.

Makin Firly memelukku, aku makin takut. Aku bahkan menghentikan air mataku demi menyelamatkan nyawaku.

Firly beberapa kali menyinggung soal kalung yang diberikan kepadaku. Dia mempersoalkan perkataanku tadi, dia berpikir aku sudah tidak mau bersamanya lagi.

Bahkan, kami sedikit beradu mulut. Dengan penuh keberanian dan sudah tidak kuat lagi, aku pun berteriak aku dan mengatakan sudah tidak sanggup lagi.

Tidak lama, Firly mengeluarkan sebuah borgol. Dia lantas memasangnya dengan paksa di pegangan tangan mobil dan tangan kiriku.

"Berisik kamu! Kamu nggak boleh ninggalin aku," kata Firly sambil berteriak kencang.

Sesekali rambutku dijenggut dan rahangku dipegang sangat erat.

"Sakit...." rintihku.

Firly dengan santainya melanjutkan perjalanan dan memandangku penuh dengan dendam. Aku khawatir perlakuan Firly sudah di luar batas normal.

"Kalau kamu berani bilang sudah tidak ingin bersamaku, keluar dari mobil ini," kata Firly sambil mengemudikan mobil.

Dia bahkan sudah membuka kunci pintu sentral. Namun, aku masih berpikir panjang untuk tidak melompat.

Akhirnya, Firly membawaku ke rest area berikutnya. Dia seperti orang yang memiliki kepribadian ganda.

Yang mana, setelah berhenti di rest area, Firly membukakan borgol dan memelukku penuh dengan penyesalan. Hingga akhirnya aku tertidur hingga pukul 10.00 WIB.

Di saat itu juga aku sudah sampai di Yogyakarta. Aku memutuskan untuk tetap terlihat bahagia dan tidak ingin mengecewakannya setelah aku kembali ke kos.

Aku memutuskan setelah pulang, aku akan pindah ke kampus lain dan bersama dengan keluargaku. Untuk menjaga diri dari Firly yang memiliki emosi meluap-luap. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Annissa Nur Jannah

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co