GenPI.co - Ujian dalam rumah tangga cukup beragam. Tergantung bagaimana seseorang mengatasinya agar hubungan tetap baik-baik saja dan harmonis.
Perkenalkan aku Salar dan suami bernama Agung. Aku dan suami baru satu tahun menikah.
Ujian rumah tangga yang cukup berat sempat aku alami dan hampir saja membuatku frustasi. Akan tetapi, mertua dan suamiku mampu membuatku tenang.
Perlahan aku pun kembali bersemangat menjalani hidup dan punya mimpi besar menjadi seorang ibu lagi.
Saat itu sudah enam bulan bahtera rumah tanggaku terbangun. Namun, apa daya aku dan suami tidak kunjung karunia keturunan.
Aku melihat teman sepantaran yang sudah menikah dan memiliki anak membuat agak iri.
Sebab, aku mendambakan menggendong anak sendiri dan terbangun saat malam hari untuk menggantikan popok serta memberi susu.
Kondisi itu membuat terkadang bersedih dengan keadaan saat ini belum punya keturunan.
Akan tetapi, suamiku selalu hadir untuk memberi semangat dan mengalihkan pikiranku.
Dia berjuang agar membuatku selalu bahagia meski rumah tangga ini belum sempurna tanpa kehadiran buah hati.
Bulan ketujuh pernikahanku, kabar bahagia menangui aku dan suami. Akhirnya setelah sederet drama saat penantian panjang, aku akhirnya positif hamil.
"Mas aku hamil," kataku.
"Alhamdulillah. Aku senang banget sayang dengar kabar itu," kata suamiku.
Bahagia bukan kepalang buatku dan suami.
Kabar bahagia itu aku sampaikan ke orang tua dan mertua. Aku dan suami sangat-sangat menjaga janin itu. Sebab, janin itu adalah penantian panjangku.
Suami selalu menanyakan kabar aku dan janin yang saat ini di kandung. Aku pun selalu antusias menjawabnya.
Singkat cerita, saat pagi itu membuat aku sangat terpukul dan tidak kuat menerima kenyataan.
Aku tidak ingin suami kecewa. Aku tidak ingin mertua bersedih. Aku tidak ingin kabar ini orang tuaku mengetahuinya.
Sebab, janin yang memasuki usia tiga bulan aku harus keguguran. Aku sudah memastikan kebenaran itu setelah seorang diri konsultasi ke dokter.
Air mata begitu deres mengalih di pipiku. Suami saat itu sedang dinas luar kota. Aku hanya seorang diri.
Siapa sangka bapak dan ibu mertuaku berkunjung ke rumah tanpa memberi kabar dahulu. Sontak dia mengetahui kabar itu dan berusaha menenangkanku.
Mertuaku minta aku mengelus dada terkait kondisi itu.
"Kamu bersabar, ya. Rezeki besar sedang disiapkan tuhan," kata mertuaku.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News