Gegara FIrasat, Aku Pulang Rumah Saat Ibuku Tiada

16 November 2021 23:55

GenPI.co - Malam itu hujan turun begitu derasnya, petir yang menyambar hingga terasa memasuki kamar membuat aku sulit untuk kembali tidur lelap. Akupun terjaga, hingga pukul 03:00 WIB.

Malam ini tidak seperti biasanya, perasaanku benar-benar tidak tenang. Pikiranku lari kemana-mana, memikirkan berbagai hal yang seharusnya tak dipikirkan. Biasanya, saat kondisi seperti ini, aku selalu mengambil handphone yang memutuskan untuk menelepon mama.

Namun, hal tersebut tidak aku lakukan. Sebab, memiliki kejutan untuk pulang ke rumah tanpa bilang-bilang padanya.

BACA JUGA:  Pedang Milik Menantu Panjang dan Keras, Aku Sampai Merintih

Namaku, Nina. Aku adalah seorang karyawan swasta di sebuah perusahaan media ternama di Jakarta. Bekerja di bidang ini, membuat aku tidak memiliki banyak waktu untuk keluarga bahkan diriku sendiri.

Namun, setelah enam tahun bekerja tanpa pulang ke kampung halaman, aku memutuskan untuk mengambil cuti dan melepas rindu, bertemu keluarga terkasih.

BACA JUGA:  Selingkuh dengan Gadis Penjual Kopi, Tuhan Turunkan Azab

Malam sebelum keberangkatanku, hujan lebat turun membasahi bumi. Akhir-akhir ini hujan memang turun terus, tak heran ini sudah mendekati penghujung akhir tahun. Dengan perasaan tidak tenang, malam itu, aku kembali mencoba untuk tidur.

Pagi hari pun tiba, aku bergegas merapihkan barang-barangku untuk melakukan perjalanan menggunakan kereta untuk sampai ke kampung halamanku, Bandung, Jawa Barat.

BACA JUGA:  Azab Istri Egois, Sang Suami Direnggut Maut

Belum lama menaiki kereta, aku tertidur sambil mendengarkan lagu-lagu kesukaanku. Namun, setelah setengah jam perjalanan, aku terbangun dari tidur karena berkali-kali ada orang yang meneleponku. Dia adalah adikku, Yuka.

"Hallo, kak, lagi dimana?," tanya, Yuka.

"Lagi diperjalanan, dek, kenapa?," jawabku.

"Perjalanan mau kemana, kak?," lanjutnya.

"Ke rumah, udah kangen sama ornag-orang rumah, apalagi mama," jawabku dengan nada senang.

"Kak, mama udah nggak dirumah, mama udah ke surga," kata adikku, dengan nada yang sangat pelan.

Mendengar hal tersebut membuat jantungku tiba-tiba berhenti, air mataku jatuh seketika. Ditengah perjalanan ingin melepaskan rindu. Orang yang benar-benar ingin aku temui, tak lagi bisa kurasakan hangatnya.

Rasa sesak sangat terasa di dada. Aku menyesal, malam ketika aku terbangun tidak segera menguhunginya, untuk terakhir kali.

Rinduku tak pernah sampai. Selamat jalan, mama. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co