Tinggal Bareng Satu Rumah, Aku dan Paman Sering Dianggap Pasutri

12 Desember 2021 20:10

GenPI.co - Namaku Dinda, aku adalah seorang mahasiswi di salah satu kampus di Jogjakarta.

Aku merantau ke sini karena merasa suntuk tinggal di Jakarta.

Di kota ini, aku tinggal bersama pamanku yang paling muda. Anwar namanya.

BACA JUGA:  Pedang Milik Menantu Panjang dan Keras, Aku Sampai Merintih

Umurnya pun tidak jauh berbeda denganku, namun dia sudah lulus kuliah dan bekerja di sini.

Oleh karena itu, aku memanggilnya dengan sebutan 'Mas' karena dia tak ingin merasa canggung saat kupanggil dengan sebutan paman.

BACA JUGA:  Azab Istri Egois, Sang Suami Direnggut Maut

Kami tinggal di sebuah rumah peninggalan nenek dan kakek. Rumah ini begitu luas untuk kami berdua.

Namun, aku tak pernah merasa kesepian karena Mas Anwar selalu menemaniku di rumah ini.

BACA JUGA:  Azab Memutar Musik Saat Azan Magrib, Aku Didatangi 5 Tamu Gaib

"Dek, nanti kamu kuliah jam berapa? Mas Anwar pulang agak malem ya," ujarnya.

"Aku kuliah pagi Mas, enggak apa-apa nanti aku yang beres-beres rumah," kataku.

Kami kerap kali disangka sebagai pasangan muda. Padahal, sejatinya kami masih punya hubungan darah.

Mas Anwar memiliki tampang yang rupawan dan tinggi. Dirinya juga humoris dan menyenangkan.

Dia juga sangat suka bercanda mengenai hal-hal yang berbau dewasa. Akan tetapi, aku tak terlalu memikirkannya.

Sebab, aku tahu bahwa hal tersebut hanyalah 'candaan' semata.

Setelah pulang dari kampus, aku segera pulang untuk memasak dan mencuci pakaian.

Kami membagi tugas di rumah ini layaknya sepasang suami istri. Bahkan, setiap hari aku mencuci baju dan celananya.

Mas Anwar begitu baik kepadaku, aku juga sangat senang bersama dia di rumah ini.

Sebab, aku tidak memiliki sosok kakak di rumah. Oleh sebab, itu aku menganggapnya sebagai kakak laki-laki.

Sejak kami kecil, kami juga selalu bermain bersama hingga dia pindah ke Jogja.

Saat aku sedang mencuci pakaian, aku mendengar suara teleponku berbunyi.

Panggilan ini dari Mas Anwar.

"Dek, kamu lagi apa?" ujar Mas Anwar.

"Aku lagi cuci baju, kenapa mas?" tanyaku.

"Enggak apa-apa, kamu udah makan?" tanyanya lagi.

"Belum sih mas, memangnya Mas Anwar mau beli makan di luar?" ujarku.

"Yaudah tunggu di rumah aja, nanti Mas bawakan sesuatu yang enak," katanya.

Aku seringkali membayangkan bisa hidup bersama Mas Anwar seperti ini sejak kecil.

Bukan tanpa alasan, sebab dia memang sosok pria yang mengagumkan.

Dia juga disukai oleh banyak perempuan di sekeliling rumah. Bahkan, ada yang sempat menyebarkan gosip aneh.

Banyak yang menyebutkan bahwa kami berdua adalah pasangan ilegal. Padahal, tidak seperti demikian.

Namun aku cuek saja, karena aku tahu bahwa hal ini memang jarang terjadi. Khususnya di wilayah ini.

'Tok tok' bunyi ketukan pintu.

"Mas Anwar ya?" tanyaku sambil sedikit berteriak.

"Iyaaa," jawab Mas Anwar.

Aku pun segera membuka pintu. Sesaat setelah aku melihatnya, aku sangat terkejut melihat Mas Anwar.

Dia membawa pisang besar di tangan kanannya. Kami menyebut pisang itu sebagai pisang raja.

"Ini kita goreng nanti ya," ujar Mas Anwar.

"Yess, ini pasti enak banget dimakan sambil minum kopi," ujarku.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Panji

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co