GenPI.co - Namaku Debi, aku adalah seorang ibu rumah tangga yang kerap kali ditinggal oleh suami.
Walaupun kami hidup berkecukupan, namun selalu saja ada masalah dalam interaksi, komunikasi, dan aksi.
Suamiku yang bernama Adi kerap kali tak mengindahkan berbagai permintaanku di malam hari.
Padahal aku selalu ingin hal-hal berbau romantis saat kami berdua sedang di atas ranjang.
Dia juga terlalu sibuk dengan pekerjaan, sehingga aku seakan-akan dilupakan.
Aku sering kali mengeluh kepada Mas Adi yang terkesan cuek dan tidak perhatian.
Walaupun demikian, aku tetap menyayanginya. Bahkan, aku selalu berusaha menjadi sosok istri yang menarik.
Setiap Mas Adi pulang kerja, aku selalu mengenakan pakaian yang sedikit terbuka agar dirinya tertarik.
Namun apa daya, rasa lelahnya lebih besar daripada ketertarikannya terhadap tubuhku yang aduhai.
"Aku pulang," ujar Mas Adi.
"Selamat datang Mas, mau langsung mandi atau makan dulu?" tanyaku.
Aku lantas mencium tangannya dan sedikit menggodanya dengan tubuhku. Akan tetapi, lagi-lagi dia acuh.
"Aku mau makan dulu boleh?" tanya Mas Adi.
"Boleh Mas, ayo kita makan bareng," tuturku sambil beranjak ke dapur.
Setelah makan bersama, Mas Adi pun langsung mandi. Saat dirinya sedang mengguyur tubuh, aku pun merasa sangat bergairah.
Aku pun membayangkan bisa mandi bersama dengan Mas Adi. Namun sayangnya, hal tersebut tidak akan pernah terjadi.
Selepas itu dirinya langsung pergi ke kamar dan segera tidur.
Aku sedih sekali dengan keadaan seperti ini. Pagi siang dan malam aku di rumah sendirian tanpa ada orang yang menemani.
Mungkin menurutnya rumah-lah tempatnya pulang, bukan aku.
Lantas untuk apa aku di sini? Bersahabat dengan sepi dan tidur di samping suami yang bahkan tak ingin menyentuhku.
Di keesokannya, aku mencoba untuk mengunduh sebuah aplikasi, Tinder namanya.
Ini adalah aplikasi kencan pertamaku dengan harapan bisa berkomunikasi dengan orang lain agar aku tidak bosan di rumah.
Di dalam aplikasi itu, aku bertemu dengan banyak sekali lelaki seumuranku yang berusaha untuk membuat hatiku terbuka.
Namun sayangnya, aku masih menganggap Mas Adi ada. Aku hanya ingin dia.
Pada malam harinya, Mas Adi pulang seperti biasa. Namun aku tetap mencoba yang terbaik.
Saat dirinya tengah mandi, aku pun mencoba untuk bermain Tinder. Bahkan, ada ratusan orang yang mencoba berinteraksi denganku di aplikasi ini.
Tak kusangka, Mas Adi ternyata memerhatikan aku dalam beberapa menit saat aku membuka aplikasi ini.
"Sayang, kamu kenapa main aplikasi itu? Kok kamu tega?" ujar Mas Adi geram.
"Apa kamu enggak sayang lagi sama aku? Aku kerja pagi pulang malam untuk mencari nafkah. Demi kamu," lanjutnya.
Dalam diamku, aku sadar bahwa memainkan aplikasi ini sungguh hal yang buruk.Terlebih lagi aku sudah memiliki suami.
Saat aku termenung mendengarkan Mas Adi berbicara, aku pun merasa sedih karena tak pernah diperhatikan olehnya.
"Aku main aplikasi ini karena kamu enggak perhatian. Aku mau diperhatiin aku mau disayang setiap kamu pulang," ucapku sambi meneteskan air mata.
Tiba-tiba saja Mas Adi terdiam dan meminta maaf atas segala kesalahannya selama ini.
Dirinya mengakui bahwa selama ini dia terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga aku tak tersentuh.
"Maafin aku ya sayang, aku tahu aku salah. Aku ingin memperbaiki semua ini," ucapnya.
Pada akhirnya dia mulai mengerti dan memberikan senyum. Aku juga bersyukur karena sekarang dia sudah mau menyentuhku.
"Mas, aku pengen. Kita ke kamar yuk!" ucapku sambil menarik tangan Mas Adi.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News