Keajaiban Malam Natal, Tuhan Izinkan Kakiku Berjalan

23 Desember 2021 21:28

GenPI.co - Namaku Sandra. Aku adalah seorang gadis remaja yang tidak bisa menikmati masa mudaku hanya karena keterbatasan fisik.

Beberapa tahun lalu, aku sempat mengalami kecelakaan. Terjatuh dari tangga rumahku sendiri. Aku pikir, saat itu hanya terkilir biasa, sehingga pertolongan pertama yang aku lakukan memanggil tukang urut, agar segera diatasi sakitnya.

Semuanya kembali normal. Aku bisa berjalan, berlari, dan berenang menggunakan kakiku kemanapun aku mau.

BACA JUGA:  Ditinggal Istri Dinas, Aku Rajin Disambangi Menantu Cantik

Sampai suatu hari, saat sedang hangout di mall bersama teman-teman, aku tiba-tiba terjatuh hingga tak sadarkan diri dalam beberapa detik.

Ketika membuka mata, aku sudah bersandar disalah satu tembok mal dengan begitu lemasnya.

BACA JUGA:  Punggungku Memerah karena Ulah Mertua, Suami Marah-marah

Hal tersebut tentu saja membuat aku malu, karena menjadi pusat perhatian banyak orang.

Aku berusaha beranjak untuk berdiri. Sayangnya, aku tidak bisa merasakan kedua kakiku sama sekali.

BACA JUGA:  Spesial Hari Ibu, Bapak Mertua Bawakan 2 Kado Besar Buatku

Kondisi itu membuat aku panik. Beberapa kali aku memukul kakiku. Namun, tidak ada rasa sakit sama sekali dari pukulan tersebut.

Akupun menangis ketakutan, karena tidak mengerti apa yang terjadi pada kakiku ini.

Dua hari kemudian, papa memutuskan untuk membawa aku ke rumah sakit, dan melakukan pengecekan.

Dari hasil diagnosa dokter, aku mengalami kelumpuhan karena benturan beberapa tahun lalu saat terjatuh dari tangga.

"Anak bapak mengalami kelumpuhan, tulang belakang mengalami kerusakan, yang menyebabkan bagian tubuh tidak bisa digerakan," ucap Dokter, pada papa.

"Apa ada cara untuk mengobati anak saya, dok?" tanya papa, dengan wajah penuh harapan.

"Satu satunya jalan adalah operasi, tapi kemungkinan sangat kecil 90/10. Bila operasi gagal, anak bapak tidak bisa berjalan lagi, selamanya," jelas dokter, dengan tampang serius tidak menyarankan operasi tersebut.

Sore itu, aku membuat papa menangis dengan kondisiku yang tidak bisa membaik bagaimanapun caranya.

Kondisi ini kerap membuat aku menangis, bahkan tak bisa menerima kenyataan. Rasanya, dunia benar-benar tidak adil padaku.

Dua tahun berlalu. Masih dengan kondisi fisik yang sama. Namun, bedanya mentalku semakin terbangun. Aku tidak lagi jadi orang yang cengeng menangisi kondisi ini.

Malam Natal pun tiba, pertama kalinya papa mengajak aku beribadah di gereja dengan kondisiku yang baru. Sesampainya di gereja, papa tidak pernah malu mengandeng dan mengendong aku untuk membantu berjalan.

Di gereja aku mendengarkan lagu-lagu ceria. Namun, tidak ada sukacita dalam hidupku.

Saat pendeta mulai berdoa, aku hanyut dalam banyaknya ucapan syukur yang seharusnya aku panjatkan. Dalam situasi yang sama, aku meminta pada Tuhan terjadinya kesembuhan atas kondisiku.

Aku ingin bisa kembali berjalan layaknya orang normal lainnya.

Lonceng gereja pun berbunyi, tanda waktu ibadah terlah berakhir.

Aku memperhatikan semua orang bersalam-salaman dengan raut wajah cerita, tanpa aku sadari aku berjalan mendekati mereka dan ikut mengulurkan tangan ingin memberi salam hangat.

Papa yang sedang berada di sampingku, mendadak memelukku erat belihat aku bisa kembali berjalan dengan kedua kakiku.

"Doaku dikabulkan, Terima kasih Tuhan untuk kado natal yang indah," ucapku dalam hati, sambil membalas pekukan hangat papah. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co