GenPI.co - Aku besar di kota metropolitan yang begitu melekat dengan gedung-gedung pencakar langit.
Hal itu pun membuat kota terasa panas. Namun, aku sudah terbiasa.
Kendati demikian aku cinta dengan kota ini. Sebab, aku mendapatkan jodoh pun di kota ini juga.
Setelah menikah aku dan istri memutuskan untuk hidup mandiri dengan menyewa rumah sederhana.
Semenjak itu kehidupan baruku dengan istri pun dimulai.
Berbagai dinamika kehidupan aku lalui bersamanya.
Aku pun sejak awal menikah sudah menekankan bahwa kehidupan rumah tangga tidak akan mudah.
Sebab, butuh perjuangan sampai berdarah-darah.
Kondisi itu berkaca yang mana aku terlahir bukan dari keluarga yang punya uang berlebih.
Akan tetapi, aku berjanji tidak akan membuat istriku bersedih atau pun menderita sedetik pun.
Singkat cerita, aku akhirnya nekat membeli rumah jauh dari kota kelahiran dan tempatku mencari nafkah.
Daerah pegunungan adalah pilihan aku tinggal dengan istriku.
Sebab, harga rumah di sana begitu bersahabat dengan kantongku yang merupakan karyawan swasta.
Bukan hanya itu, ketenangan dan lingkungan yang sehat menjadi alasanku.
Kota yang aku tinggali saat ini, aku jadikan untuk membangun keluarga yang sehat dan berkualitas.
Sebab, semua aspek ada di sini. Bukan perkara tingkat kemewahan seperti di kota Metropolitan, tetapi soal kondisi lingkungan.
"Sayang, kamu harus betah di sini, biarkan aku yang mencari nafkah ke kota," kataku.
"Baik. Terpenting kamu hati-hati dan jaga diri," timpal istriku.
Setiap pagi, aku dan istri di sapa gagahnya gunung yang begitu terlihat dari teras rumah.
Udara pegunungan yang dingin membuat suasana makin bikin nyaman.
Kondisi itu pun membuat mertuaku betah jika berkunjung.
Jadi, tidak heran mertuaku sering menginap di rumahku untuk menikmati dinginnya udara pegunungan.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News