Larut dalam Galau, Aku dibawa Doi ke Kamar Kostan

14 Januari 2022 20:50

GenPI.co - Namaku Lisa, aku wanita berumur 26 tahun yang tinggal di kota Jogjakarta. Saat ini, aku sedang disibukkan dengan pekerjaan yang sangat melelahkan.

Walaupun begitu, aku tetap bersemangat untuk menjalani hari. sampai satu waktu, pacarku meninggalkan aku. 

Dirinya beralasan bahwa aku tidak cukup baik untuknya. Meskipun aku telah mengemis dan meminta kesempatan, namun dia enggan memberikan.

BACA JUGA:  Istri Kesal, Aku Sering Nginep di Rumah Mama Mertua

Dalam kurun waktu yang sangat sebentar, aku pun menjadi galau, uring-uringan, dan tidak bisa mengendalikan diri.

“Bagaimana caranya mengembalikan diriku sendiri seperti semula,” pikirku.

BACA JUGA:  Punggungku Memerah karena Ulah Mertua, Suami Marah-marah

Namun, bayangan mantan pacarku masih sangat membekas. Aku tidak ingin kehilangan dia. Sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk berbicara dengan seorang teman dekatku.

Namanya Aldi, dia adalah teman sekantorku. Dia baik dan beberapa kali sempat mengajakku untuk berpacaran, namun aku tidak pernah menolak  ataupun menerimanya.

BACA JUGA:  Udara Dingin Menyelinap di Sela Jendela, Mertua Sampai Betah

Sebab, aku tak ingin ketahuan bahwa saat itu aku masih memiliki pacar. Akan tetapi, saat ini aku betul-betul membutuhkan seseorang untuk diajak berbicara.

“Aldi, aku mau ngobrol pulang ngantor. Kita nongkrong di cafe yah,” ujarku kepada Aldi.

“Hah? Ada apa nih? Tumben banget kamu ngajakin aku pergi,” ucap Aldi.

“Ya, enggak kenapa-kenapa. Aku Cuma lagi pengen ditemenin aja, hehehe,” kataku.

“Ya, kenapa? Lagi galau ya? Abis nolak cowok? Hahaha,” ujarnya sambil tertawa.

“Pokoknya nanti aku cerita yah, kita pulang bareng. Soalnya aku enggak bawa kendaraan,” ucapku.

Setelah mengiyakan, Aldi pun pergi untuk bekerja kembali. Aku sebenarnya ingin menerima dia, namun saat itu aku masih memiliki pacar.

Aku tidak ingin menjadi duri dalam daging, oleh sebab itu aku tidak pernah membicarakan soal Aldi kepada pacarku sekalipun.

Sebab, terkadang kejujuran dapat menghancurkan hati seseorang dengan mudah. Aku memilih ini bukan karena aku ingin menjadi jahat, hal ini semata-mata untuk menjaga hati seseorang.

Jam dinding menunjukkan pukul 10 malam, akhirnya pekerjaanku dan Aldi telah selesai. Aku pun segera menggandeng tangannya untuk pergi bersama.

Saat itu, nampak wajah Aldi yang memerah. Aku sangat menyukai raut wajahnya itu. Karena, Aldi memiliki mimik yang polos dan lucu saat dirinya sedang grogi.

“Kita udah sampai nih, kamu mau makan apa? Mau minum apa?” ujar Aldi.

“Aku mau makan sushi aja, minumnya yang haram-haram boleh enggak?” ujarku.

“Kenapa sih?” tanya Aldi.

“Ya, enggak kenapa-kenapa. Biar pikiran tenang aja,” ujarku.

“Boleh, tapi jangan banyak-banyak yah,” ucapnya.

Saat itu kami banyak membicarakan soal hubunganku. Aldi juga terlihat muram mendengar semua cerita ini. Aku tak sanggup untuk menahan air mata, hingga pada akhirnya aku menangis di tempat itu.

Aldi yang merasa kasihan juga tetap berada di tempat itu. Bahkan, dia juga berpindah tempat dan duduk di sampingku agar aku bisa lebih tenang.

Beberapa lama kemudian, kepalaku mulai pusing. Aku juga tak bisa menahan mataku untuk tetap terjaga. Sampai akhirnya aku merasa lelah dan ingin beristirahat.

Sesaat setelah aku membuka mata, aku tercengang melihat aku tengah terbaring di sebuah kasur dan mengenakan selimut.

Aku tak ingat aku berada di mana, yang kuingat adalah aku pergi bersama Aldi untuk makan disebuah restoran sambil minum.

“Selamat pagi sayang. Gimana kosan aku? Nyaman enggak?” ujar Aldi dari balik selimut.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co