Berdiri di Depan Kost, si Bapak Selalu Membuatku Terkejut

24 Januari 2022 19:00

GenPI.co - Namaku Fitria Siamdari. Aku biasa dipanggil Siam oleh kerabat dekat hingga teman di lingkungan kampus.

Aku biasa pergi ke kampus berjalan kaki, karena memang lokasinya dekat dengan indekos. Maklum, aku memang berasal dari daerah, sehingga menyewa kamar kos di Jakarta Selatan.

Selain menghemat ongkos karena jalan kaki, aku juga suka berolahraga agar mendapat bentuk tubuh ideal.

BACA JUGA:  Istri Kesal, Aku Sering Nginep di Rumah Mama Mertua

"Sebab, aku merasa di dalam tubuh ideal, di sana terdapat jiwa yang kuat," gumamku.

Aku memang kerap berbicara dengan diri sendiri karena mencoba percaya dengan apa yang kuhendaki.

BACA JUGA:  Terbiasa di Luar, Bapak Mertua Menolak untuk di Dalam Saja

Pagi itu, aku berangkat ke kampus dengan penuh percaya diri karena jelang libur semester.

Ketika berjalan menuju gerbang indekos, aku terkejut dengan sapaan lelaki yang memanggil dari belakang.

"Dek, Siam, mau berangkat kuliah?" ucapnya.

Aku menoleh dan ternyata orang itu ialah Bapak Kos, Rahman namanya.

"Ah, iya, Pak Rahman, saya mau berangkat. Ada apa, ya? Kok, bapak sudah bisa berdiri? Sudah membaik, kah?" sahutku.

Bukan maksud untuk tidak sopan, tetapi aku bertanya karena memang Pak Rahman sempat sakit karena kecelakaan.

"Iya dong, saya sudah bisa berdiri lagi. Kan, memang hobi berdiri pagi hari," kata Pak Rahman sambil tertawa.

"Ha ha ha, bisa saja, pak. Semoga lekas membaik, pak. Saya berangkat dulu," kataku.

Setelah berbincang, aku pun lantas berangkat ke kampus. Namun, aku sedikit bingung dengan ucapan Pak Rahman.

Sebab, aku memikirkan soal hobi Pak Rahman yang suka berdiri pada pagi hari.

"Hmm maksud dari Pak Rahman, apa, ya?" pikirku.

Aku yang makin penasaran pun bertanya kepada teman pria di kampus soal kejadian tadi.

Akbar, salah satu temanku tertawa tanpa henti ketika mendengar pertanyaan itu.

Menurut Akbar, Bapak Kos itu tengah mencoba menggodaku karena bisa berdiri sejak pagi.

Aku yang langsung mengetahui maksud perkataan itu pun teriak dengan kencang hingga membuat Akbar terkejut.

"Aaaaah, apaan, sih, kok, kotor banget," kataku.

"Eh eh, bukan begitu juga. Itu hanya dugaanku saja, kok. Jadi, bukan berarti benar begitu, kan," kata Akbar.

Meski mendengar itu sebagai gurauan, aku tetap berpikir yang tidak-tidak. Setelah kejadian itu, aku pun menghindari bertemu dengan Pak Rahman.

Sebab, aku tidak ingin membuat pikiranku ke mana-mana. Aku bahkan bayar kos dengan transfer uang, dan tidak lagi bertemu Pak Rahman. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Puji Langgeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co