Mendadak Pacar Kalut, Hatiku Langsung Cenat-Cenut

27 Januari 2022 18:00

GenPI.co - Belakangan ini hatiku gundah gulana. Pasalnya, pacarku kelakuannya aneh sekali.

Namaku Kania. Saat ini aku tengah menjalani semester terakhir studi S1.

Pacarku namanya Dio. Kami sudah bersama selama setahun.

BACA JUGA:  Istri Kesal, Aku Sering Nginep di Rumah Mama Mertua

Kami berdua sefakultas, tetapi berbeda jurusan.

Walaupun berpacaran, kami berdua seperti bersahabat.

BACA JUGA:  Terbiasa di Luar, Bapak Mertua Menolak untuk di Dalam Saja

Teman-teman kami bahkan banyak yang iri dengan hubungan aku dan Dio.

Namun, sebulan terakhir ini sikap Dio berubah.

Mukanya seperti orang kebingungan dan obrolan kami tak sepert dulu.

Beberapa candaan kami bahkan tak lagi bisa membuatnya tertawa.

"Kamu kenapa?" tanyaku saat kami bertemu usai kelas.

"Enggak apa-apa, kok," jawabnya 

"Enggak mungkin. Aku bercanda enggak kamu tanggapi. Kamu sekarang banyak bengong," kataku. 

"Enggak apa-apa, sayang. Mungkin lagi capek aja," jawab Dio.

"Kita ngobrol aja sudah enggak nyambung. Kamu masih bisa bilang enggak apa-apa?" ujarku sedikit teriak.

Aku lelah selama sebulan ini tak dapat penjelasan apapun dari Dio. Dasar orang aneh.

"Sudah ya, aku pulang sendiri hari ini. Terserah kamu mau ngapain dan mau gimana sama aku ke depannya," kataku sambil melengos pergi.

Sesampai di rumah, aku pun langsung mandi sembari menangis.

Kami berdua sebelumnya tak pernah bertengkar tanpa menyelesaikannya dengan kepala dingin.

Aku bahkan merasa ini komunikasi terbaik yang pernah aku bangun dalam hubungan dengan pacarku.

Namun, kalau memang sudah waktunya untuk berpisah lagi, aku bisa apa?

Usai mandi, aku langsung memakai baju tidur dan memutuskan untuk langsung tidur.

Tak beberapa lama, aku merasakan tubuhku digoyang-goyang oleh seseorang.

"Kan, itu ada Dio. Bangun. Katanya dia mau ketemu kamu," ujar kakakku.

Mendengar nama Dio, aku pun langsung terjaga dan segera mengubah posisi tubuh.

Setelah menyiapkan mental, aku pun pergi ke teras tempat Dio menungguku.

Melihatku datang ke teras, Dio langsung membetulkan posisi duduknya.

Aku langsung duduk di kursi yang dekat dengan kursi Dio. Kami duduk dalam hening selama 3 menit.

"Kan, aku mau jujur," kata Dio membuka pembicaraan.

"Kenapa?" jawabku.

"Aku kalah judi bola bulan lalu dan aku bingung bayarnya gimana," ujar Dio.

"Hah?" tanyaku tak percaya.

Dio pun menceritakan kronologinya dari awal sampai akhir. Dio juga minta maaf kepadaku karena sudah membuatku khawatir sebulan belakang.

Aku pun bingung harus merespons cerita Dio seperti apa. Saat ini yang bisa aku lakukan hanya mendengar ceritanya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co