GenPI.co - Ini kisah paling menyeramkan yang aku alami. Tepatnya pada 2005, saat aku masih duduk di Sekolah Dasar (SD).
Menjelang magrib, aku iseng menelpon nomor rumahku sendiri. Bangunan rumahku ada dua lantai, keduanya ada telepon untuk menyambungkan.
Saat aku pencet nomor telepon rumahku sendiri, ternyata nyambung. Namun, aku tak mendengar suara telepon di lantai dua.
Tiba-tiba hal yang nggak aku sangka adalah ada seseorang mengangkat telepon dariku.
"Halo?," kataku
"Halo...," jawab seseorang di telepon itu.
Saat aku panik, aku langsung memanggil mamahku untuk mengecek kebenaran telepon itu.
"Assalamulaikum?," kata mamaku.
"Waalaikum salam," jawab seseorang itu.
"Maaf, apakah benar ini Risma (namaku, red)," tanya mamaku.
"Iya, betul. Ini Risma,"sahutnya.
Untuk mempertegas, mamaku menanyakan beberapa hal tentang keluarga.
"Apakah benar ini anaknya Sofyan?," tanya kembali mamaku.
"Iya, benar ini anak Sofyan," sahutnya kembali.
"Ibu saya Endah," tambahnya.
Tanpa basa-basi, mama langsung menutup telepon itu. Dia langsung membawaku ke kamarnya dan menunggu hingga papa pulang ke rumah.
Aku masih bingung dengan sikap mama saat itu. Wajahnya pucat, gemetaran, dan dingin.
Sepertinya dia memikirkan sesuatu yang membuatnya takut. Tidak lama setelah itu, papa datang dan menanyakan sikap mama.
Mamaku menjelaskan secara detail, dia mendengar suaraku sangat jelas dari mulai cara berbicara, menjawab pertanyaan, dan suara tertawaku.
Mama mengaku sangat khawatir denganku karena secara tidak langsung ada yang mengikutiku.
Kemudian, papa langsung mencoba menelpon ke nomor yang sama. Namun, nihil.
Tidak ada jawaban satupun. Bahkan, telepon itu tidak nyambung karena menelpon ke nomor yang sama.
Keesokan harinya mama langsung mengundang ustaz untuk mengadakan pengajian. Berharap tidak ada hal jahat yang akan menghantui keluarga kami. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News