Pijatan Ibu Kos Hebat, Aku Akhirnya Enak

17 Februari 2022 22:30

GenPI.co - Malam itu, aku kembali melakukan rutinitasku dengan ibu kos. Selepas matahari terbenam, aku memang selalu berada di teras rumah kos.

Oh, ya. Nama ibu kosku Ida, dia sungguh orang yang baik. Aku harus rajin ke rumah ibu kos karena harus dipijat olehnya.

Sebelum jadi ibu kos, Ida pernah kursus memijat. Jadi, dia tahu ilmu-ilmu soal pemijatan.

BACA JUGA:  Gawat, Pasar Kripto Mati Suri, Siap-siap

"Kapan aku sembuh, Bu?" kataku.

"Tiga kali ke sini lagi mungkin," kata dia.

BACA JUGA:  Suara Lantang Natalius Pigai, Sebut Jokowi dan Moeldoko

Semua bermula ketika aku baru saja jatuh dari motor. Waktu itu, pikiranku lagi kacau. Perempuan yang aku anggap satu-satunya itu ternyata selingkuh.

Bukan hanya itu, coba bayangkan, dia berselingkuh dengan sahabatku sendiri. Ya, aku benar-benar kalut saat itu.

BACA JUGA:  Pose Maria Vania Menantang, Boy Wiliam Menang Banyak

Untuk melepas stres, aku mencoba menaiki motor dan berkeliling kota Jakarta. Namun, jalanan kota Jakarta ini seperti sayatan pisau.

Bukannya sembuh dari patah hati, aku malah jadi banyak mengingat dia.

Misalnya, area depan toko yang sudah tutup ini pernah aku pakai untuk meneduh saat hujan. Bioskop ini jadi saksi kami menangis karena sebuah film, dan sebagainya.

Aku selalu menceritakan hal-hal ini ke ibu kos. Tentu sembari dia memijat kakiku yang terkilir.

Dia hanya tersenyum tipis saat aku menceritakan kisah ini dengan menggebu-gebu.

"Nasib terbaik manusia adalah jatuh cinta, lalu dicintai balik," kata dia.

Ibu kosku ini lantas juga bercerita soal masa mudanya. Namun, kali ini dia agak berbisik, mungkin takut suaminya dengar.

"Nasib terbaik kedua adalah berpisah, tetapi bisa hidup lagi setelahnya," kata dia.

Ibu kos menasehatiku, banyak yang gagal meraih nasib terbaik dan menyerah. Tak sedikit yang sulit untuk jatuh cinta lagi.

Menurut dia, tak sedikit pula yang menikah, tetapi tanpa cinta karena alasan tersebut.

Padahal, ada nasib terbaik kedua, yang jika sama-sama diresapi, hidup ke kedepannya akan jadi lebih baik.

"Begitu, Dik," kata dia, sembari memencet kakiku agak keras.

"Aduh," kataku, kesakitan.

Aku hanya berdoa, semoga bersamaan dengan kakiku sembuh, hatiku juga ikut sembuh.

"Semoga aku juga cepat melupakan dia," kataku.

Ibu kos lantas menimpali kata-kataku.

"Akan tetapi, tidak mengingat dan move on itu adalah dua hal berbeda," kata ibu kos.

Aku kembali merengut dibuatnya. Namun, perlu aku akui, pijatan ibu kos ini hebat membuat aku keenakan. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cahaya Reporter: Chelsea Venda

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co