Ramadan di Jepang, Suasana Tampak Jauh Berbeda

30 Maret 2022 14:30

GenPI.co - Perkenalkan namaku Hadyan Aditya. Usiaku 27 tahun. Aku lahir di Jakarta, Indonesia, dan kini berada di Himeji, prefektur Hyogo, Jepang.

Aku bekerja di Negeri Sakura sebagai karyawan pabrik makanan sejak Desember 2020.

Kali ini, aku akan menceritakan tentang suasana Ramadan di Jepang.

BACA JUGA:  Puasa Ramadan di Australia, Aku Rindu Jajan Takjil Khas Indonesia

Ramadan adalah bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Muslim di seluruh dunia. Begitu pun aku yang sangat antusias dalam menyambut Ramadan.

“Namun, aku merasa suasana Ramadan di Jepang jauh berbeda dengan Indonesia,” ujar Hadyan.

BACA JUGA:  Ramadan di India, Getarannya Sungguh Luar Biasa!

Aku tinggal di asrama karyawan bersama teman-teman dari Indonesia. Azan yang menandakan waktu sahur dan buka tak pernah terdengar dari tempat tinggal kami.

Pasalnya, tak ada masjid yang terletak di sekitar tempat tinggal kami. Satu-satunya masjid terdekat dari tempat tinggal kami

BACA JUGA:  Ramadan di Korsel Kini Terasa Makin Nyaman, Sudah Boleh Tarawih

Hal itu karena di sekitar tempat tinggalku tidak ada masjid. Satu-satunya masjid terdekat berada di kota tetangga yang jaraknya begitu jauh.

Oleh karena itu, aku dan teman-teman mencoba untuk menyiapkan segalanya sendiri, mulai dari makan sahur hingga berbuka.

Aku juga merasa di Jepang sulit untuk menemukan makanan yang halal.

Alhasil, aku harus selalu mengecek kandungan bahan sebelum membeli makanan karena tidak ada label halal pada kemasannya.

Selain itu, aku merasa tidak ada makanan khas Jepang yang memang hanya tersedia selama Ramadan.

Gorengan yang kerap dijumpai di Indonesia sama sekali tidak ada di Jepang. Sekalipun ada, namanya bukan gorengan, melainkan tempura.

Tentu saja aku merindukan beberapa makanan yang selalu ada ketika Ramadan di Indonesia, seperti gorengan, es buah, dan kolak.

Selama tinggal di Jepang, aku juga tidak pernah merasakan salat tarawih berjamaah seperti di Indonesia.

Aku tak bisa lagi melihat anak-anak bermain perang sarung usai salat tarawih di Jepang. Terkadang aku juga merindukan suara petasan selama Ramadan.

Selain itu, di Indonesia aku selalu ngabuburit menggunakan motor mengelilingi jalanan.

Namun, selama tinggal di Jepang aku selalu menghabiskan waktu menunggu buka puasa dengan mengelilingi taman menggunakan sepeda.

Memang terasa sangat berbeda, tetapi aku tetap mencoba untuk menikmati suasana Ramadan di Jepang.

Hal lain yang tidak aku temukan di Jepang selama Ramadan adalah sahur dan buka bersama keluarga.

Jujur saja, aku begitu rindu dengan momen itu. Meskipun demikian, aku tetap mencoba untuk melakukan sahur dan buka bersama keluargaku.

Kami menggunakan fitur video call untuk menghubungi keluargaku saat waktu sahur maupun buka.

Sayangnya, kami tidak bisa makan bersama, karena perbedaan waktu dua jam antara Indonesia dengan Jepang.

Meskipun demikian, aku tetap merasa senang karena bisa bertatap muka dengan keluargaku walaupun hanya melalui telepon genggam.

Aku berharap pada Ramadan tahun ini suasana yang kurindukan di Indonesia dapat aku rasakan juga di Jepang. (*)

(Kisah Ramadan di Jepang seperti yang dituturkan Hadyan Aditya kepada GenPI.co)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co