GenPI.co - Halo semua. Perkenalkan namaku Kevin Zultaf Husein. Kali ini, aku ingin cerita soal pengalaman menjalankan ibadah Ramadan di Polandia, khususnya di Kota Torun.
Sebenarnya, perbedaan yang mencolok antara puasa di Indonesia dan Polandia ialah soal waktu, ya.
Sebab, aku yang biasa puasa lebih kurang 13 jam di Indonesia harus membiasakan diri dua jam lebih lama menahan lapar dan haus di Polandia.
Nah, kalau cerita tentang kesulitan, tentunya cuaca dan menu buka puasa.
Untuk Ramadan kali ini, karena masuk musim semi, cuacanya agak susah diprediksi.
Namun, cuaca dingin tetap menjadi tantangan utama, karena ini membuatku cepat lapar dan mengantuk.
"Menu buka puasa kali ini ayam goreng dan sayur seperti biasa. Sulit banget cari bumbu tradisional Indonesia. Mungkin ini karena tinggal di kota kecil," kata Kevin.
Selain itu, aku suka buka puasa pakai pisang goreng dan teh susu. Itu jadi salah satu menu favorit ketika puasa di Polandia.
"Ya, memang terdengar instan. Namun, ini sangat sehat dan bisa menjaga kebugaran tubuh setelah puasa lebih kurang 15 jam lamanya," ujar Kevin.
Aku kerap merasa rindu menjalani puasa di Indonesia, yang mana suasanya jelas tiada bandingan. Sebab, aku bisa cari takjil di mana-mana, ngabuburit bareng teman, dan tarawih berjamaah di masjid.
Akan tetapi, aku cukup bersyukur tinggal di Kota Torun, karena masyarakatnya sangat menjunjung tinggi toleransi.
Aku bahkan tidak kesulitan, karena teman-teman mendukungku menjalankan ibadah Ramadan, bahkan mereka ada yang ikut berpuasa.
Untuk mengisi waktu jelang buka puasa, aku suka jalan-jalan menikmati pemandangan kota. Sebab, kota ini terkenal memiliki bangunan tua yang sangat indah.
Selain itu, aku juga pergi ke Sungai Vistula bersama teman-teman menikmati suasana sambil melihat matahari terbenam.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News