GenPI.co - Perkenalkan, aku Matheus Satria Bayu Kristanto. Aku merupakan seorang mualaf sejak enam tahun lalu.
Selama menjadi seorang mualaf, Ramadan adalah saat-saat yang menantang bagiku.
Sebab, aku harus menjalani ibadah puasa.
Aku sebenarnya sejak pertama kali menjalani puasa tidak terkejut.
Namun, aku belum terbiasa saja karena butuh adaptasi.
"Tahun pertama Ramadan, aku hanya satu minggu berpuasa," katanya kepada GenPI.co, Selasa (19/4).
Aku pun berusaha memperbaiki catatan berpuasa di tahun-tahun selanjutnya.
Akan tetapi, berpuasa penuh dalam satu bulan tidak semudah yang dibayangkan.
"Selama enam tahun belum pernah penuh berpuasa," ujarnya.
Singkat cerita, aku menjadi mualaf atas dorongan hati.
Selain itu, faktor ingin menikah dan juga sang ibu yang juga menjadi mualaf yang makin menguatkan pilihannya itu.
"Saya mau menikah dan akhirnya memutuskan menjadi mualaf," ujarku.
Setelah menjadi mualaf, aku sangat antusias untuk mendalami ajaran islam.
Pasalnya, berbagai ilmu yang diberikan guru ngajiku berusaha kuserap dengan baik.
Hal itu agar pengetahuan terhadap islam dan keteguhan hati menjalani menjalani ibadah makin kokoh.
"Latihan salat dan mengaji. Saya senang menjalaninya," katanya.
Kisah mualaf ini seperti dituturkan Matheus Satria Bayu Kristanto kepada GenPI.co.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News