Ramadan di Jepang, Aku Banyak Belajar Budaya Negara Lain

29 April 2022 16:30

GenPI.co - Hai, perkenalkan namaku Zahra Fathiya. Ini adalah kisahku menjalani Ramadan di Jepang.

Sudah tujuh setengah tahun aku menginjakkan kaki di negara Jepang. Empat setengah tahun pertama aku habiskan di Kota Sapporo untuk menimba ilmu di Hokkaido University.

Setelah itu, melanjutkan studi ke University of Tsukuba di Kota Tsukuba. Aku baru lulus Maret 2022 dan kini tengah proses mencari kerja.

BACA JUGA:  Ramadan di Finlandia, Toleransinya Sangat Tinggi, Bikin Tentram!

Oh iya, suasana Ramadan di Jepang tidak ada bedanya dengan bulan-bulan lain. Sama sekali tidak ada atmosfer perayaan bulan puasa seperti di Indonesia.

Orang sekeliling juga biasanya tak tahu kalau aku dan Muslim lainnya tengah berpuasa. Puasa dan ibadah Ramadan benar-benar dijalani sendirian.

BACA JUGA:  Ramadan di Belanda, Tarawihnya Pukul 10 Malam!

Namun, kalau ke masjid atau kumpul  dengan komunitas Islam, di sana aku akan bertemu dengan Muslim dari negara-negara lain.

“Di komunitas itulah aku jadi bisa merasakan bedanya budaya-budaya Islam di negara lain,” ujar wanita yang akrab disapa Thya itu.

BACA JUGA:  Tantangan Berat Ramadan di Prancis, Puasanya 16 Jam!

Contohnya, saat buka bersama, menu makanannya pasti akan digilir bergantian dengan khas tiap-tiap negara.

Hal itu membuatku jadi merasakan banyak makanan dari negara lain.

Saat giliran Indonesia membuat makanan, ibu-ibu dan pelajar komunitas Indonesia akan kumpul untuk masak-masak.

Sayangnya, di satu kota, biasanya hanya ada satu masjid. Ukuran masjid itu pun kecil, sehingga agak susah dijangkau, terutama di daerah pinggiran.

Meskipun begitu, komunitas Islam di Jepang terasa beragam dan inklusif. Terkadang, kalau bertemu sesama Muslim di jalan, kami suka saling sapa, walaupun tidak kenal.

“Mungkin karena sama-sama merasakan rasanya jadi minoritas, sehingga lebih merasa terhubung kalau dibandingkan saat berada di negara yang mayoritas Islam,” ungkap Thya.

Hari pertama puasa di Jepang tahun ini dimulai sekitar pukul 04.00 sampai 18.00. Kami berpuasa selama 14 jam pada 1 Ramadan.

Nanti, pada hari terakhir Ramadan, puasanya sekitar 15,5 jam, mulai dari pukul 03.00 sampai 18.30.

Kalau sedang musim panas, puasa bisa sampai 17 jam. Akan tetapi, kalau sedang musim dingin, puasa bisa hanya sebelas jam.

Ada beberapa kendala menjalani ibadah sebagai Muslim di Jepang, di antaranya ialah terkait waktu, minimnya informasi tentang Islam, serta jarak dan jumlah Masjid.

Selain itu, waktu berpuasa saat musim panas yang cukup menyulitkan.

Saat Hari Raya Idulfitri, kami juga berkegiatan seperti biasa, karena memang tidak ada hari libur, seperti di Indonesia atau negara mayoritas Muslim lain.

Biasanya, muslim di sini izin setengah hari agar bisa melaksanakan salat Ied.

Berada di Jepang dalam waktu yang lama membuatku rindu makanan Indonesia. Di sini, bahan masakan Indonesia relatif mahal dan repot untuk membuatnya sendiri.

“Suasana perayaan bersama-sama juga membuatku rindu akan Indonesia, suka iri kalau melihat teman mengunggah mereka sedang bukber gitu,” kata Thya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co