GenPI.co - Jodoh memang misteri. Seperti pertemuanku dengan Alan yang tak terduga.
Aku bertemu dengannya di sebuah kafe di kawasan Jakarta Selatan.
Saat itu aku tak sengaja menyenggol kopi Alan yang masih panas.
Secara reflek aku pun membersihkan baju Alan yang basah karena tumpahan kopi.
Tak lama dari insiden itu Alan melamarku dan sebulan kemudian kami menikah.
Kami tidak menggelar pesta yang mewah, tetapi sederhana.
Alan banyak cerita tentang kehidupannya dan kariernya.
Aku akui dia ialah orang yang sukses. Aku pun berangan-angan hidup serba kecukupan dengannya.
Namun, satu bulan setelah kami menikah, aku mendapati fakta yang menyakitkan.
Ternyata dia sudah punya istri dan anak. Saat itu aku diajak ke rumahnya yang serba mewah.
Aku terkejut saat ada wanita cantik yang menyambutku dengan hangat.
Ternyata wanita tersebut ialah istri Alan. Sontak aku terkejut dan marah kepadanya.
“Mas kamu bohong, kamu sudah punya istri,” ucapku.
“Memangnya kenapa? Nikah lebih dari satu pun tak jadi masalah asal adil. Aku yakin aku bisa menghidupi kedua istriku karena aku punya banyak uang,” jawab Alan.
Entah kenapa, sikapnya berubah menjadi sombong saat itu.
Aku pun menangis dan pergi dari rumahnya. Namun, aku heran dengan sikap istri pertama Alan yang begitu rela untuk dimadu.
Dia mengatakan dirinya rela berbagi suami demi hidup layak.
Entah kenapa, hatiku sangat hancur saat itu. Rasanya aku ingin bercerai dengan Alan saat itu juga.
Namun, aku pun memikirkan nasibku jika tidak menjadi istri Alan.
“Sudah, kamu terima nasib saja menjadi istri kedua, dengan begitu kamu bisa hidup lebih baik dari sebelumnya,” kata Alan.
“Alan, aku menyesal nikah sama kamu,” kataku dengan sangat marah kepadanya.
Aku menangis, meratapi hidupku yang makin tak karuan.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News