Seminggu di Bali, Aku Kaget Sudah Berbadan Dua

11 Juni 2022 17:00

GenPI.co - Perkenalkan namaku Lia Anggraeni. Aku berasal dari Bogor dan kini usiaku 23 tahun. Aku berprofesi sebagai sales di Jakarta.

Kini aku memiliki anak berusia 2 tahun yang tampak lucu dan menggemaskan.

Bisa dibilang pengalaman aku ini sangat berhubungan dengan anak kandungku.

BACA JUGA:  Aku Pasrah Rahasiaku Dibongkar Bapak Mertua

Pengalaman ini juga menjadi pelajaran yang paling berharga dalam hidupku.

Awalnya, dua tahun setelah lulus dari sekolah menengah kejuruan, aku menjalin hubungan dengan seorang pria yang sepantaran denganku. 

BACA JUGA:  Sering Main di Kost, Kolega Papa Selalu Minta Menginap

Awal mulanya aku bertemu dengan kekasihku ketika mengunjungi salah satu bar di Jakarta.

Jujur saja, saat itu bisa dibilang aku terjebak dalam pergaulan bebas di ibu kota.

BACA JUGA:  Suami Pulang Larut Malam, Papa Mertua Makin Sayang

Hampir setiap minggu aku selalu mengunjungi bar hanya untuk refreshing sejenak dari kehidupanku yang kelam.

Tumbuh besar tanpa ayah mungkin menjadi salah satu faktor aku selalu bergaul dengan bebas dengan siapa pun.

Suatu ketika aku merasa sangat mabuk berat di bar yang sering aku kunjungi.

Aku benar-benar tak sadar pada saat itu dan hanya mengingat kekasihku membawaku ke suatu tempat.

Setelah terbangun, aku begitu lupa dengan kejadian malam itu.

Akan tetapi, kekasihku tetap ada untuk menemaniku hingga terbangun.

Setelah sadar, aku memintanya untuk mengantarkan ku pulang ke rumah.

Seminggu setelahnya, pria itu meninggalkanku tanpa penjelasan dan mengakhiri hubungan kami.

Tiga bulan berselang, aku mendapat tawaran pekerjaan di Bali.

Seketika aku langsung berangkat ke Pulau Dewata tersebut.

Baru seminggu di Bali, aku merasa ada yang aneh dengan diriku. Saat itu, aku menyadari sudah tiga bulan tak merasakan menstruasi.

Setelah mengetahui hal itu, aku langsung mencoba memeriksa ke rumah sakit.

Betapa terkejutnya aku ketika mengetahui sedang mengandung bayi yang baru berusia 2 bulan.

Dengan pikiran yang ke mana-mana, aku mencoba menelepon ibuku dan dia menyuruh untuk pulang ke Jakarta.

Sesampainya di Jakarta, aku langsung menghubungi kekasihku dan menjelaskan bahwa ada anaknya di dalam rahimku.

Kami pun mencoba untuk bertemu dan ingin meminta pertanggungjawabannya.

"Ini gue sekarang lagi mengandung anak lo, lihat keadaan gue," ucapku.

"Enggak mungkin, gue enggak percaya bayi itu adalah anak gue," ujarnya.

"Asal lo tahu, gue enggak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun setelah putus dari lo. Pokoknya lo harus tanggung jawab," tegasku.

Setelah mendengar penjelasanku dengan nada emosi, akhirnya dia mau bertanggung jawab.

Kami kemudian menikah hingga akhirnya anak aku lahir ke bumi.

Namun, berada di satu atap membuat hubungan kami sebagai suami istri sangat memburuk.

Hampir setiap hari kami cekcok dan dia selalu menyalahkan aku atas apa yang terjadi.

Merasa tak tahan, aku akhirnya memutuskan berpisah dengannya.

Aku berniat untuk menghidupi anakku seorang diri daripada harus mendapat tekanan dari pria yang berengsek tersebut.

Pada akhirnya, pria itu kembali meninggalkanku tanpa merasa bersalah sedikit pun atas apa yang telah dia lakukan kepadaku.

Seusai bercerai dengannya, aku mencoba berbagai pekerjaan untuk menghidupi anakku, mulai menjadi kasir hingga karyawan SPBU.

Kini, aku menyadari pergaulan bebas membuat hidupku berantakan.

Meskipun demikian, aku mencoba untuk tetap tegar, memperbaiki hidup, dan tetap berjuang demi anakku, Clara. (*) 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Ferry Budi Saputra

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co