GenPI.co - Sudah tiga minggu sejak pertengkaran hebat itu, langit masih saja kelabu.
Aku sudah minta maaf, tetapi kamu tidak mengindahkan semua kata-kataku.
Aku sudah minta maaf meski aku sendiri tak tahu apa yang sudah diperbuat.
Kamu marah. Iya, aku tahu. Akan tetapi, kamu tak menjelaskan apa yang membuatmu hingga seperti ini.
Aku bukan cenayang yang tahu apa maksud seseorang.
Aku juga bukan pesulap merah yang bisa membongkar apa yang selama ini tersembunyi.
Jadi, tolonglah berbicara meski sedikit. Ayo, kita mengobrol lagi.
Ayo, kita menaiki sepeda motor keliling kota tanpa arah. Ayo, kita berburu mie ayam kesukaanmu lagi.
Namun, rasanya semua itu masih jadi mimpi di siang bolong.
Di saat-saat seperti ini, kadang aku berpikir banyak hal.
Haruskah aku pergi ke rumahmu dan mengemis permintaan maaf setiap hari?
Haruskah aku menekuk kakiku dan bersujud di depanmu? Apakah cinta begitu pedih?
Aku tidak tahu kenapa kata maaf bagimu begitu sulit keluar.
Aku hanya ingin memperbaiki hubungan ini. Aku hanya memperjuangkan apa yang sudah menjadi mimpi-mimpi kita.
Namun, bila sekarang kamu ingin pergi, aku juga akan merelakan.
Aku tak ingin membiarkanmu merasa dipaksa di hubungan ini.
Semoga setelah ini kita bisa menemukan kebahagiaan masing-masing, ya.
Aku kira cuekmu menguji, ternyata kode sebelum pergi. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News