Pertahananku Runtuh Saat Kau Sapa Dengan Rindu

11 Agustus 2022 06:40

GenPI.co - Aku dan Akbar pernah menjalani hubungan selama empat tahun lamanya. Namun, karena satu dan lain hal, kami memutuskan untuk tidak bersama lagi.

Orang tua kami sudah saling mengenal baik satu sama lain. Kami juga sangat mendukung apa yang ingin dikejar dalam hidup.

Sayangnya, terlalu banyak waktu yang kami toleransi, sampai rasanya tidak bertemu dan berkomunikasi dalam jangka waktu yang lama pun tak jadi masalah.

BACA JUGA:  Kenangan di Toilet Kampus Bersama Mantan, Bikin Aku Susah Move On

Aku sibuk dengan pekerjaan baruku di perusahaan swasta dan Akbar juga sibuk mengurusi usaha yang baru ia rintis.

Tidak jarang waktu yang sedikit kami punya untuk bertemu hanya membahas soal pekerjaan, pekerjaan dan pekerjaan.

BACA JUGA:  Bekerja Sebagai Pramugari, Cintaku Terbang Mengelilingi Dunia

Tak pernah lagi bertanya bagaimana hari ini, apakah ia menjadi sosok yang dirindukan, hingga rasa cemburu.

Saat waktu direbut oleh jam tidur pun, kami tidak pernah merengek meminta perhatian lebih.

BACA JUGA:  Aku Harus Bayar Mahal Gegara Seorang Pria Dari Aplikasi Kencan

Kami berpisah, karena rasa bosan. Akbar yang lebih dulu mengakhiri hubungannya dengan diriku.

Dia memberi keputusan tersebut tanpa bertanya lebih dulu, 'lebih baik kita udahan aja ya, aku udah nggak ada rasa' ucap Akbar kepadaku melalui pesan di WhatsApp.

Tanpa rasa sedih sedikit pun, aku mengabulkan apa yang menjadi pintanya.

Sempat terpikirkan olehku, bahwa cerita kami memang seharusnya diakhiri sejak pertama kali jadian.

Selain hubungan ini tidak memiliki tujuan yang sama karena berbeda agama, aku memang sejak awal tidak pernah yakin pada Akbar.

Kami berdua hanya berada di satu rasa yang sama, bukan sayang tapi nyaman.

Nyaman karena selalu ada yang menemani, nyaman kaena selalu ada yang memberikan perhatian, dan nyaman dimiliki satu sama lain.

Hubungan yang kandas ini sama sekali tidak membuatku merasa kecewa dengan Akbar.

Pasalnya, memang banyak hal yang membuat aku menjadi dewasa secara pemikiran karena sosoknya yang cukup bijaksana.

Aku hanya menyayangkan, mengapa karena hubungan yang berakhir, aku harus juga kehilangan sosok dirinya.

Tiga tahun berlalu. Aku dan Akbar sama sekali tidak berkomunikasi. Sekali pun kami bertemu dalam satu acara pernikahan teman semasa duduk di bangku kuliah.

Saat mata kami tak sengaja bertemu, justru yang dilakukan adalah membuang pandangan jauh-jauh karena tidak ingin melihatnya lagi. Hal tersebut terjadi dua kali dalam waktu yang berbeda.

Sampai akhirnya, dia mengirim pesan singkat yang membuat pertahananku runtuh seketika.

"Hai, aku tahu ini menyebalkan, tapi aku rindu kamu," katanya.

Membaca pesan tersebut, tembok besar yang pernah dibangun diantara kami, roboh seketika. Rasa bosan itu hilang, kini sudah kembali menjadi rindu. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co