GenPI.co - Perkenalkan, namaku Sinar. Ini adalah pengalaman terseram yang pernah aku rasakan seumur hidup.
Berhubung aku tinggal di indekos dekat kantor, aku selalu pulang jalan kaki.
Sialnya, saat itu aku lembur dan harus pulang tengah malam. Ditambah lagi, jalan pulang dari kantor menujuk indekos harus melewati pemakaman.
Sebenarnya, aku sempat memiliki firasat buruk pada saat itu. Aku bahkan hampir memutuskan untuk memesan ojek online saja.
Namun, aku mengurungkan niatku karena jarak dari kantor menuju indekos sebenarnya sangat dekat. Menunggu tukang ojek hanya memperlambat aku sampai ke indekos.
Akhirnya, aku memutuskan untuk jalan kaki. Aku ingin melupakan ketakutanku dengan mendengarkan lagu menggunakan headset.
Saat asyik mendengarkan lagu, tiba-tiba ponselku mati. Padahal, baterai ponsekul baru di charge dan tidak mungkin secepat itu mati.
Aku pun kebingungan karena tidak ada media yang bisa memalingkan aku dari rasa takut.
Aku pun memberanikan diri untuk terus berjalan. Hingga akhirny,a aku berada di depan kompleks pemakaman itu.
Melihat jalanan sepi, yang aku takutkan ada dua yakni begal dan makhluk tak kasat mata.
Dugaanku ternyata benar, aku dikerjai habis-habisan oleh makhluk astral itu.
Sampai di kompleks pemakaman, aku tiba-tiba tersandung hingga tersungkur. Jantungku pun langsung berdetak cepat.
"Hei, tolong. Aku minta tolong jangan mengganggu, siapapun kamu," kataku berteriak.
Tidak lama dari situ, hembusan angin kencang tiba-tiba melewatiku dan bahkan menabrakku.
Aku ingat sekali saat itu aku berlari kencang. Namun, aku tidak bisa kemana-kemana, seperti jalan di tempat.
Saat ini, sepertinya tubuhku terkunci, tidak bisa kemana-mana, dan bahkan tak bisa berteriak.
Aku hanya bisa mengucapkan istigfar di dalam hati. Alhamdulillah, secara perlahan ikatan itu terlepas.
"Ya, Allah, tolong aku dengan segala kebaikanmu. Aku takut sekali dan tidak ingin di sini," ucap doaku dalam hati.
Saat itu, aku bisa kembali berteriak dan berlari. Aku pun menengok ke belakang dan melihat sosok perempuan berbaju putih tinggi dengan mata merah yang besar.
"Hey, sini. Temani aku main," kata sosok itu kepadaku.
Aku ingat sekali wajahnya, sangat pucat dan seperti menangis darah. Aku tidak kuat melihatnya dan langsung berlari sekencang mungkin.
Aku bersyukur masih ada sampai saat ini, karena malam itu terasa seperti hari terakhir di dalam hidupku.
Aku berjanji tidak akan melewati tempat itu lebih dari pukul 18.00 WIB. Jika terpaksa, aku akan menggunakan ojek online. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News