GenPI.co - Hai, perkenalkan namaku Regina. Aku merupakan mahasiswa semester akhir yang pernah merasakan pahitnya cinta.
Ini adalah ceritaku ketika awal masuk kuliah. Saat itu, aku menjalani hubungan dengan Deni, dosen di kampusku.
Memiliki hubungan dengannya tentu membuat aku mendapatkan banyak keuntungan.
Selain mendapatkan nilai tinggi tanpa harus usaha keras, dia juga menjamin biaya kuliahku. Sangat menguntungkan, bukan?
Namun, semuanya tidak benar-benar gratis. Aku harus menuruti semua kemauannya secara pribadi.
Dia tidak menginginkan tubuhku. Dia hanya memanfaatkan status kami untuk bisa menutupi kedoknya. Ya, dia tidak tertarik dengan wanita.
Dalam hubungan percintaannya yang sesungguhnya, Deni memiliki kekasih bernama Beno yang berprofesi sebagai pegawai ASN.
Aku kira, semua sifat baiknya selama ini menunjukan bawa dia tertarik padaku, padahal tidak.
Namun, bagaimana pun juga, sebagai seorang wanita mendapatkan perhatian dari Deni, aku lama-lama jatuh hati sungguhan.
Tutur kata yang kembut, sentuhan hangat, hingga berbagai perhatian kecilnya membuat aku tidak bisa membohongi diri kalau aku benar-benar menyukainya.
Sampai suatu hari, Deni mengajakku dinner di sebuah restoran mewah di daerah Jakarta Selatan.
"Gina, besok kamu dandan yang cantik, ya, aku mau ngajak kamu dinner untuk pertama kalinya," ucap Deni kepadaku.
Ajakan tersebut membuat aku berbunga-bunga, sungguh! Aku tidak menyangka akan ada momen spesial antara kami.
Kami pergi bersama ke restoran tersebut. Sebuah tatapan meja yang cantik menyambut kami. Begitu romantisnya pria ini, pikirku saat itu.
Tiba-tiba ada seorang pria menepuk pundakku dari belakang. Ya, itu Beno.
Huft, aku kira ini akan menjadi dinner romantis kami berdua, nyatanya tidak.
Malam itu, Deni secara resmi memperkenalkan aku dengan Beno untuk pertama kalinya.
"Karena sudah ketemu, Re, kenalin ini Beno, pacarku, makasih, ya, untuk drama selama ini, mulai bulan depan kita putus aja, karena kami akan menikah di luar negeri," ucap Deni sambil tersenyum melihat Beno.
Hancur! Malam itu bisa-bisanya aku di buat patah hati oleh sainganku yang bukan seorang wanita.
Aku berusaha untuk tetap tenang dan menyambut omongannya dengan hangat.
"Wah! Selamat, ya, mas, akhirnya tidak ada hubungan palsu lagi di antara kita," ungkapku, sambil tersenyum pada keduanya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News