Demi Hidup Bersama Selingkuhannya, Suamiku Pura-pura Mati

22 Februari 2021 01:20

GenPI.co - Sudah lama aku mengkhawatirkan hubungan rumah tanggaku dengan Mas Riko. 

Saat ini, semua yang ada pada Mas Riko berubah 180 derajat. 

BACA JUGA:  Duh, Desah Suara Sopir Angkot ini Makin Bikin Aku Lemas

Sikapnya yang dulu sangat manis, kini jadi sangat dingin dan pemarah. 

Bahkan, Mas Riko sudah mulai berani mengatakan kata-kata kasar kepadaku. 

"Mas, kamu ada masalah apa? Kamu bisa cerita ke aku, istrimu," tanyaku. 

"Sok tahu banget jadi orang. Siapin makanan sana!" bentak Mas Riko. 

Aku sudah berusaha berbagai cara untuk menghadapi Mas Riko, tapi tak ada hasilnya. 

Mas Riko tetap saja acuh dan kasar kepadaku. 

Sebenarnya aku sudah tidak kuat lagi menghadapi Mas Riko. 

Namun, rasa cintaku yang terlalu besar membuatku terus bertahan meski harus tersakiti. 

Suatu hari, Mas Riko pulang ke rumah dalam keadaan mabuk berat. 

Dia datang dengan penuh amarah, dia terus berteriak memanggil namaku. 

Aku pun langsung menghampiri Mas Riko, aku menuntunnya untuk masuk ke dalam kamar. 

Sesampainya di kamar, Mas Riko langsung memaksaku untuk melepaskan bajuku. 

Aku pun langsung mengiyakan permintaannya, toh itu juga sudah menjadi kewajibanku. 

"Lepaskan celanaku juga," teriak Mas Riko. 

BACA JUGA: Suara Sopir Angkot itu Bikin Tubuhku Merinding Tak Keruan, Oh...

Kami berdua pun langsung bermesraan di atas ranjang, Mas Riko terlihat sangat bergairah sekali. 

Dia mulai menempelkan lidahnya di bagian bawah hingga ke atas tubuhku. 

Meski aku melakukan tugasku sebagai istri, aku merasa hanya sekedar menjadi pelampiasan nafsu Mas Riko saja.

Pasalnya, saat dia tidak mabuk, dia tidak pernah menyentuhku sedikit pun. 

Bahkan, saat aku sedang pengin dan memintanya untuk begituan, Mas Riko selalu menolak. 

Keesokan harinya, Mas Riko sudah beraktivitas seperti biasa lagi. 

Aku pun memberanikan diri untuk bertanya perihal hubungan rumah tangga kami yang makin jauh. 

"Mas, hubungan kita mau dibawa ke mana?" tanyaku. 

"Aku sudah bosan denganmu, kamu nggak bisa jadi istri yang baik untukku," jelasnya. 

Mendengar hal itu, air mataku tiba-tiba mengalir perlahan di pipi. 

Padahal, aku sudah melakukan semampu dan sebisaku untuk melayani Mas Riko. 

Namun, ternyata dia tak menganggap semua hal yang sudah aku lakukan untuknya. 

"Kita pisah saja," tegas Mas Riko. 

Tak sempat aku menjawabnya, Mas Riko langsung pergi entah ke mana. 

Setelah kejadian itu, Mas Riko juga tidak pernah pulang lagi ke rumah. 

Beberapa Minggu setelah Mas Riko pergi dari rumah, aku mendapat telepon dari Rizal, saudara Mas Riko. 

"Beberapa hari lalu, Riko kecelakaan, dia meninggal. Dia sudah dikubur, tapi dia nggak ingin kamu tahu di mana kuburannya," kata Rizal. 
 
BACA JUGA: Suamiku Banjir Keringat dengan Janda di Ruang Bawah Tanah Rumah

Tangisku pecah, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. 

Tak hanya sedih karena kehilangan orang yang aku cinta, tapi aku juga sedih karena Mas Riko tak ingin aku tahu di mana kuburannya. 

Aku berusaha untuk menghubungi pihak keluarga Mas Riko yang lainnya. 

Namun tetap saja, mereka semua menolak untuk memberikan informasi di mana kuburan Mas Riko. 

Hingga akhirnya, aku pun pasrah dan hanya bisa berdoa semoga Mas Riko diberi tempat terbaik di sisi-Nya. 

Setelah setahun kepergian Mas Riko, kesedihan masih setia menemaniku. 

Setiap hari, aku masih selalu berharap Mas Riko kembali pulang dalam keadaan sehat. 

Namun, hal itu tentu menjadi hal yang mustahil, dia sudah tenang di alam sana. 

Tepat tahun kedua setelah Mas Riko meninggal, aku memutuskan untuk pindah rumah di daerah Kalimantan. 

Aku berusaha untuk memulai kehidupan baru dan ingin melupakan semua tentang Mas Riko. 

Setelah beberapa bulan hidup di Kalimantan, aku menemukan kembali ketenangan. 

Aku sudah tidak terlalu memikirkan tentang Mas Riko, mungkin aku baru bisa ikhlas. 

Namun, suatu hari saat aku pergi ke pasar, aku melihat sosok laki-laki yang sangat mirip dengan Mas Riko. 

Awalnya aku pikir hanya perasaanku saja, tapi saat aku dekati, ada bintik hitam di telinga laki-laki itu. 

Bintik hitam yang sama seperti yang berada di telinga Mas Riko. 

Tak lama, muncul seorang perempuan yang sedang menggendong anaknya. 

"Sudah mas, ayo pulang," kata perempuan itu. 

Aku memberanikan diri untuk memanggil dan menghampiri laki-laki tersebut. 

Saat menoleh kepadaku, raut wajah laki-laki itu tiba-tiba berubah menjadi kaget. 

"Siapa ya?" kata laki-laki itu. 

Mendengar suaranya, aku yakin dia ialah suamiku, Mas Riko. 

"Mas Riko? Kenapa bisa? Jadi selama ini kematianmu hanya rekayasa?" jelasnya. 
 
BACA JUGA: Janda Cantik Kamar Sebelah Bikin Megap-Megap, Aku Sampai Tak Kuat

Dia hanya diam dan langsung pergi bersama perempuan yang aku pikir adalah istrinya. 

Aku tak berusaha mengejarnya, tapi aku berusaha untuk mencari info pada Rizal. 

Aku mendesaknya untuk berkata jujur padaku perihal kematian Mas Riko. 

"Jujur, selama ini kematian Mas Riko hanya rekayasa kan? Jawab saja, aku tak akan mengganggu kehidupan Mas Riko," kataku lewat telepon. 

"Maafkan aku. Aku hanya diminta menyampaikan hal itu. Ya, kematiannya hanya rekayasa, dia ingin menikah lagi," jelas Rizal. 

Air mataku tiba-tiba langsung mengalir di pipi, tapi kali ini tak terlalu deras. 

Meski menyakitkan, aku sudah mengikhlaskan kematian Mas Riko, aku sudah menganggap Mas Riko tak ada. 

Jadi, meski aku tahu kematiannya hanya pura-pura, aku tak ingin lagi mengganggu kehidupannya. 

Dia ingin aku pergi dari kehidupannya dan akan aku lakukan itu, aku tak akan kembali, karena aku sudah tak diinginkan lagi. (*) 

BACA JUGA: 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co