Kedua Kubu Saling Serang, Ketua Timses Malah Mojok Berdua

18 Maret 2021 16:55

GenPI.co - Hari ini dijadwalkan akan dilakukan musyawarah pemilihan ketua BEM di kampusku.

Aku adalah ketua tim sukses calon nomor satu yang kebetulan merupakan teman sejurusanku. 

Kami berdua sudah kenal lama sejak bergabung dengan salah satu organisasi mahasiswa ekstra di kampus.

BACA JUGA: Goyangan Maut Janda Beranak Dua, Bikin Suamiku Merem Melek! 

Semua anggota organisasi mahasiswa ekstra di kampus merasa optimis dengan pemilihan kali ini. 

Sebab, selama masa kampanye, kami sudah melakukan segala upaya untuk merebut hati para pemilik suara di forum musyawarah hari ini.

Dukungan dari para mahasiswa lain pun terasa berlimpah, karena kebetulan temanku si calon ketua BEM ini memang pintar dan ganteng. 

Siapa coba perempuan yang tak senang melihat seorang laki-laki yang aktif, karismatik, pintar, dan tampan?

Selain itu, temanku si calon ketua BEM itu juga sudah membangun koneksi yang kuat di tiap-tiap fakultas di kampus. 

Jadi, rasanya mustahil kami tak mendapat dukungan setidaknya 75 persen dukungan para pemilik suara.

Dalam pemilihan ini, ada dua calon yang maju untuk memperebutkan kursi tertinggi yang bisa dijabat oleh seorang mahasiswa di kampus. 

Selama kampanye, aku tak pernah berniat untuk menemui kubu seberang.

Bahkan untuk sekadar mengecek langkah apa saja yang sudah mereka lakukan pun tidak. 

Aku biasanya hanya mendengar cerita dari salah satu anggota tim sukses terkait perkembangan kampanye kubu seberang.

“Raisa, itu si Ervan datang berkunjung ke komisariat Perisai Biru. Ngapain, ya, kira-kira?” ujar Boni, salah satu anggota timku yang menyusun strategi kampanye.

“Ya, mungkin mau makan nasi goreng di depannya. Katanya enak, kan? Sama mungkin sudah goyang kali, kebakaran jenggot haha,” jawabku.

BACA JUGA: Resa Sungguh Terlalu, Punyaku Sampai Becek Begini

Nama Ervan sudah sering sekali disebut-sebut oleh teman-temanku sejak awal masa kampanye dimulai.

Ervan adalah ketua tim sukses kubu seberang. Namun, aku tak pernah bertemu langsung dan melihat wajahnya. 

Instagram-nya juga sayangnya digembok. Semua foto profil di akun media sosialnya juga tidak memakai foto dirinya.

Tapi aku tak peduli, karena posisi dia saat ini adalah lawan kami. Lagipula, kami juga akan bertemu dan berkumpul saat forum musyawarah pemilihan ketua BEM dimulai.

Waktu menunjukkan pukul 9 pagi. Kami semua sudah mulai bersiap-siap mendatangi aula kampus untuk menghadiri forum musyawarah yang dijadwalkan mulai pukul 10 pagi.

“Ricko, jangan lupa semua yang sudah kita omongin di komisariat kemarin malam, ya. Good luck di dalam, ya,” kataku kepada Ricko, si calon ketua BEM.

“Siap, kapten!” ujar Ricko sambil memberikan hormat kepadaku. Kami berdua pun tertawa dan Ricko pun memasuki ruang musyawarah.

Hanya presidium, kedua pasangan calon ketua dan wakil ketua BEM, perwakilan pers mahasiswa, serta para pemilik suara yang boleh masuk ke ruang musyawarah.

Sementara, tim sukses menunggu jalannya musyawarah di luar ruangan.

Musyawarah sayangnya berjalan dengan sangat lama. Sebab, ternyata, kubu seberang melemparkan beberapa strategi yang membuat musyawarah menjadi berjalan panjang.

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam dan aku pun mulai kelelahan. Agar emosiku membaik, aku pergi sejenak ke kantin di belakang aula pertemuan.

Aku kira kantin akan ramai, tapi ternyata hanya ada satu orang mahasiswa laki-laki yang sedang duduk dan merokok.

BACA JUGA: Tatapannya Membiusku, Seketika Dengkulku Lemas dan...

Setelah memesan segelas kopi, aku pun duduk di meja seberang mahasiswa laki-laki itu. Aku pun meliriknya sebentar.

Tampan juga, pikirku. Dia memakai kaos abu-abu, celana jins berwarna biru muda, dan sepatu berwarna hijau. 

Rambutnya hitam bergelombang dan dipotong rapi. Gaya dan wajahnya sangat sesuai dengan tipe kesukaanku.

Orang ini sih pasti sudah punya pacar, jadi nggak mungkin aku dekati pikirku. Namun, tiba-tiba dia melirik ke arahku dan memperhatikanku dengan tatapan yang dalam.

Jantungku berdebar dan telapak tanganku basah karena sudah tiga menit laki-laki itu memperhatikanku. 

Tiba-tiba juga, dia bangkit dari kursinya, mengambil gelas kopinya, dan duduk di bangku mejaku.

“Raisa? Aku gabung, boleh?” tanya laki-laki itu.

“Kok kamu kenal aku?” jawabku dengan cepat. Dengkulku sudah lemas karena ada laki-laki asing yang tampan tapi mengenalku.

“Aku Ervan. Kita belum pernah ketemu, ya, sebelumnya haha. Salam kenal, ya. Ngobrol-ngobrol, boleh?” katanya.

“Oh, Ervan? Ya, ya, boleh. Gimana?” jawabku.

Kami berdua bercerita panjang lebar tentang diri kami dan latar belakang organisasi.

Obrolan kami berjalan dengan sangat lancar, bahkan kami mulai menceritakan hal-hal kecil yang sifatnya pribadi.

Saking asyiknya kami mengobrol di pojokan kantin, kami berdua lupa bahwa di dalam aula, musyawarah pemilihan ketua BEM masih berlangsung.

BACA JUGA: 

Suara tawa Ervan seketika menjadi hal paling menenangkan yang aku dengar dalam dua bulan terakhir ini. Ervan pun terlihat sangat menikmati obrolan kami.

Tak terasa sudah dua jam kami mengobrol, sampai-sampai Boni menelpon dan menanyakan keberadaanku. 

Dia mengatakan kalau musyawarah sudah tak bisa dilakukan, sehingga akan dilakukan voting.

Kami berdua pun harus mengakhiri obrolan dan siap-siap untuk kembali menuju ke aula. Tiba-tiba Ervan memegang tanganku dengan lembut.

“Rai, habis urusan BEM ini selesai, boleh kita ketemu lagi tapi nggak ngomongin soal BEM?” tanya dia yang kubalas dengan senyum.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co