GenPI.co - Aku sangat mencintai Ratna, kekasihku. Setelah lima tahun berpacaran dengannya, tentu kami memiliki tujuan yang sama, yakni menikah dan mempunyai sebuah keluarga yang harmonis.
Sampai akhirnya, aku menetapkan tujuan hidupku adalah memiliki dia seutuhnya, selamanya.
BACA JUGA: Nikmatnya Jadi Simpanan Om Pejabat, Hidupku Tak Pernah Kurang
Dua tahun kemudian, apa yang menjadi tujuanku menjadi kenyataan. Menikah dengan wanita yang sangat aku cintai.
Tak hanya itu, dia adalah sebuah alasan aku tetap ingin bertahan hidup, hanya untuk membahagiakan dia.
Aku kira setelah berlama-lama berpacaran sampai akhirnya memutuskan untuk menikahi dirinya, sudah membuatku menjadi pria yang benar-benar mengenal wanita ini. Nyatanya tidak.
BACA JUGA: 4 Alasan Suami Ogah Cerai Meski Tahu Istri Selingkuh
Setiap pagi aku melihatnya sedang sibuk dengan kreasinya sendiri membuat aku bosan. Bosan dengan dirinya juga bosan dengan rasa ini.
Tidak jarang aku berusaha berangkat kerja sepagi mungkin, dan pulang selarut-larutnya untuk menghindari dirinya.
Walau tidak lagi nyaman bersamanya, aku tidak sampai hati untuk menegurnya bahkan memberitahu dirinya bahwa aku sudah bosan.
"Sayang, malam ini kamu bisa pulang lebih awal?," tanya Ratna, sambil sibuk merapikan meja makan untuk sarapan pagi.
"Enggak bisa, ada kerjaan numpuk harus selesai sebelum weekend," jawabku ketus, sambil merapikan dasi.
BACA JUGA: Istri Selingkuh: Bukan Harta & Jabatan, Ini yang Diinginkan Cewek
"Sayang, besok itu hari jadinya kita lo, masa kamu masih sibuk saja sih? enggak bisa luangin waktu bentar," rayu istriku, sambil memeluk dari belakang.
"Ok, tapi enggak usah kemana-mana ya," ucapku, dengan nada datar.
"Siap suamiku, aku akan memberikan yang terbaik," balasnya, sambil mencium pipiku.
Malam hari pun tiba, karena istriku sudah meminta dengan sangat untuk aku cepat pulang. Maka aku putuskan untuk menuruti apa maunya.
Walau begitu, aku sudah bisa menebak hal apa yang akan terjadi di rumah. Sesampainya di rumah aku tidak mendapati istriku berada dimana pun. Sampai akhirnya aku masuk kamar.
Aku menemukan dia sedang duduk dengan pose begitu manja menggunakan pakaian yang sangat minim.
Ratna memberikan sinyal dengan menepuk kasur sebanyak tiga kali, tanda bahwa aku harus segera menyusulnya tidur bersama.
Seketika wanitaku mengambil sebuah nampan dengan makanan di atasnya. Ayam asam manis.
Ini merupakan makanan kesukaanku sejak duduk di bangku sekolah. Namun, setelah menikah dengan Ratna tidak ada hentinya dia memasakan makanan ini untukku.
Karena hal ini membuat aku bosan dengan Ratna. Dia tidak mengerti bagaimana rasanya terus bertemu dengan makanan ini membuat aku enek.
Setiap hari dia berkreasi dengan hal yang sama. Namun, sebaliknya, aku jadi tidak menyukainya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News