Sahur Berujung Petaka, Karena Mas Irvan Malah Minta...  

15 April 2021 14:25

GenPI.co - Kisah pahit yang aku alami ini terjadi pada bulan Ramadan tahun lalu.

Sebenarnya, aku tak mau mengingat lagi hal yang sangat menyakitkan ini. 

BACA JUGA: Si Pengantar Galon Bergerak, Aku yang Lemas! Astaga

Namun, aku membagi kisahku agar orang lain bisa belajar dari kesalahanku ini. 

Saat itu, kondisi keluarga kami memang sangat memprihatinkan. 

Pasalnya, pandemi covid-19 yang merebak di Indonesia membuat Mas Irvan, suamiku dirumahkan dari pekerjaannya. 

Tentu hal itu membuat perekonomian keluarga kami terganggu. 

Untungnya, aku masih bisa bekerja di pabrik minuman kemasan. 

Meskipun waktu kerjaku dikurangi, gajiku masih cukup untuk membeli kebutuhan sehari-hari. 

"Kalau aku ikut kerja di pabrikmu gimana dik?" tanya Mas Irvan. 

"Nggak bisa mas, ini saja jatah kerjaku dikurangi," jawabku. 

Wajah Mas Irvan terlihat kecewa saat mendengar jawabanku. 

Namun, bagaimana lagi? Pabrik tempatku bekerja memang sedang tidak membutuhkan pegawai baru. 

Pengurangan jatah kerja juga dilakukan untuk menghindari pengurangan pegawai. 

Mas Irvan terlihat makin gelisah tiap hari, dia sudah berusaha mencari kerja, tapi belum ada hasilnya. 

"Mau lebaran nggak punya uang," kata Mas Irvan menggerutu. 

"Sabar mas, kan aku masih bisa kerja," jawabku menenangkan. 

"Ya, itu, kan cuma cukup buat sehari-hari," jawabnya lagi. 

"Sudah azan, ayo kita buka puasa dulu, mas," jawabku. 

Pengurangan jatah kerja di pabrik sebenarnya juga menguntungkan aku. 

Sebab, aku bisa lebih fokus dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadan. 

Namun, tidak untuk Mas Irvan, makin hari dia makin gampang emosi. 

Masalah kecil pun menjadi besar dibuatnya. 

BACA JUGA: Pasrah, Istri Kepala Desa Kubuat Merintih Lalu Lemas Di Ranjangku

Dia juga mulai jarang puasa, padahal, aku selalu menyiapkan makanan untuk sahur dan buka. 

"Mas bangun, aku sudah masak buat makan sahur," kataku membangunkan Mas Irvan. 

"Kamu saja sahur sendiri," jawabnya. 

Singkat cerita, emosi Mas Irvan makin tak terkendalikan. 

Di waktu makan sahur, dia tiba-tiba marah besar kepadaku. 

"Aku mau sahur dan kamu cuma tidur?" teriak Mas Irvan. 

Saat itu, aku memang merasa sangat lelah, karena seharian bekerja di pabrik. 

Hal itu pun membuatku telat bangun untuk memasak makanan sahur. 

Biasanya, aku juga bangun lebih santai, karena Mas Irvan memang sudah tak pernah ikut makan sahur lagi. 

"Istri macam apa kamu ini, suami mau sahur, nggak peduli kamu?" teriak Mas Irvan lagi. 

"Maaf mas, hari ini aku capek banget. Aku pikir mas juga nggak sahur," jawabku. 

Namun, amarah Mas Irvan makin membara saat mendengar jawabanku tersebut. 

Dia merasa sakit hati, padahal, tak ada yang salah dari perkataanku. 

"Kamu nggak suka kalau aku ikut sahur? Bilang saja, aku menyusahkanmu?" jawabnya. 

"Bukan begitu mas. Ya sudah, aku masak sebentar," jawabku. 

"Nggak usah! Mulai sekarang, kamu masak saja sendiri, hidup sendiri, aku mau cerai," tegasnya. 

Setelah mengatakan hal itu, Mas Irvan langsung pergi entah ke mana.

Aku masih syok dengan perkataan Mas Irvan, air mataku pun perlahan membasahi pipi. 

BACA JUGA: Aku Senang, Suamiku Menghadiahiku Seorang Pria Saat Ultah

Aku masih tak mengerti, hanya karena masalah seperti ini, Mas Irvan tega menceraikanku. 

Saat itu aku berpikir, mungkin Mas Irvan punya masalah lain, tapi kenapa dia tak pernah bercerita kepadaku? 

Singkat cerita, keputusan Mas Irvan ternyata sudah bulat. 

Mertuaku, Ibu dari Mas Irvan datang ke rumah untuk menemuiku. 

Beliau menceritakan semua kebenaran yang terjadi kepadaku. 

"Maafkan Irvan dik, dia sebenarnya sayang kamu, tapi dia merasa gagal jadi suami," jelas Ibu Mertuaku. 

Ibu Mas Irvan cerita banyak soal masalah yang sedang dialami Mas Irvan. 

Aku pun juga merasa gagal menjadi istri yang baik untuk Mas Irvan. 

Pasalnya, aku tak pernah tahu masalah yang sedang dialami Mas Irvan. 

Aku juga tak pernah memintanya untuk berbagi cerita kepadaku. 

Namun, nasi sudah menjadi bubur, dengan berat hati, aku pun menerima keputusan Mas Irvan tersebut. (*) 

BACA JUGA: Cerita Mualaf: Pertama Lihat Kabah Aku Mantap Peluk Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co