GenPI.co - Harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) merosot pada Kamis (28/4) setelah meroket di sesi sebelumnya.
Indonesia memutuskan untuk melarang ekspor minyak sawit dan olahannya, meski industri menilai kebijakan itu bersifat sementara.
Kontrak minyak sawit untuk pengiriman Juli di Bursa Malaysia Derivatives Exchange merosot MYR 77 atau 1,1 persen menjadi MYR 6.910 (1.584,86) per ton.
Kontrak minyak itu sempat naik hingga 10 persen pada Rabu (27/4) setelah Indonesia mengejutkan pasar dengan memperluas cakupan larangan ekspor sawit dan olahannya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan kebijakan larangan ekspor sawit untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan dengan harga yang stabil.
Dia lebih memprioritaskan hal tersebut ketimbang mengamankan pajak atau pendapatan ekspor.
"Harapannya larangan itu akan dicabut dalam tiga minggu," kata pendiri palm oil analytics Sathia Varga.
Dia memperkirakan larangan ekspor Indonesia akan memangkas 1,52 juta ton sawit sebulan dari pasokan global.
Dewan minyak sawit Indonesia Sahat Sinaga menuturkan pemerintah ingin masalah minyak goreng bisa teratasi maksimal setelah Idulfitri, atau awal Mei.
Gabungan pengusaha kelapa sawit Indonesia (Gapki) mengatakan pihaknya bekerja sama dengan instansi pemerintah dan perusahaan negara untuk memastikan pasokan dan keterjangkauan minyak goreng.
Kontrak soyoil teraktif Dalian naik 1,8 persen, sementara kontrak minyak sawitnya menguat 5 persen.
Harga kedelai di Chicago Board of Trade turun 0,8 persen setelah reli ke rekor tertinggi pada sesi sebelumnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News