Reaksi Amerika Serikat Telak atas Kehancuran Roket Siluman China

08 Mei 2021 14:58

GenPI.co - Amerika Serikat memperingatkan bahwa roket China yang jatuh kembali ke Bumi sangat berbahaya dan  jatuh ke daerah yang berpenghuni.

Pakar militer di AS memperkirakan badan roket Long March 5B, yang terpisah dari stasiun luar angkasa Beijing, akan jatuh pada hari Sabtu atau Minggu besok, tetapi memperingatkan sulit untuk memprediksi di mana roket itu akan mendarat dan kapan.

BACA JUGA: Tantang Perang Israel, Iran Ajak Negara-negara Muslim

Tapi Beijing meremehkan risiko bahaya. Dan, mereka menyatakan bahwa risiko kerusakan dari roket yang jatuh itu sangat rendah.
 
"Kemungkinan menyebabkan kerusakan pada aktivitas penerbangan atau di darat sangat rendah," kata juru bicara kementerian luar negeri Wang Wenbin dalam keterangannya, seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (8/5/2021).

Lebih lanjut, di menjelaskan, sebagian besar komponen roket kemungkinan akan hancur setelah masuk kembali ke atmosfer dengan menerangkan pihak berwenang terus menginformasikan situasi kepada publik pada waktu yang tepat.

China sendiri telah menggelontorkan miliaran dolar untuk eksplorasi ruang angkasa dalam upaya untuk mencerminkan status globalnya yang meningkat dan kekuatan teknologi yang berkembang, mengikuti jejak ekstra-terestrial Amerika Serikat, Rusia, dan Eropa.

Sementara, ketika spekulasi yang merebak atas lintasan roket kembali ke Bumi tersebar di media sosial, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin buka suara militer AS tidak memiliki rencana untuk menembak jatuh.

"Kami memiliki kemampuan untuk melakukan banyak hal, tetapi kami tidak memiliki rencana untuk menghentikannya," kata Austin kepada wartawan.

Sekalipun roket atau bagiannya benar-benar jatuh dari langit, tanpa putus saat masuk kembali, ada kemungkinan besar roket itu akan jatuh ke laut di planet yang terdiri dari 70 persen air.

Tapi Austin menyebut China lalai dalam membiarkan badan roket jatuh dari orbit, mengatakan mereka yang berada di domain luar angkasa yang seharusnya beroperasi dalam mode yang aman dan bijaksana.

"Lokasi pendaratan roket ke atmosfer Bumi saat jatuh dari luar angkasa tidak dapat ditentukan sampai beberapa jam setelah masuk kembali, yang diproyeksikan terjadi sekitar 8 Mei," demikian pernyataan Komando Luar Angkasa AS.

Sedangkan, Ahli astrofisika yang berbasis di Harvard, Jonathan McDowell, menegaskan ada kemungkinan potongan-potongan roket itu bisa jatuh di darat seperti pada Mei 2020, ketika potongan-potongan dari roket Long March 5B China lainnya menghujani Pantai Gading, merusak beberapa bangunan.

Dia menambahkan puing-puing yang berpotensi berbahaya kemungkinan akan lolos dari pembakaran setelah menembus atmosfer dengan kecepatan hipersonik tetapi kemungkinan besar akan jatuh ke laut.

"Berdasarkan orbitnya saat ini, jejak puing kemungkinan jatuh di suatu tempat sejauh utara New York, Madrid atau Beijing dan sejauh selatan Chili dan Wellington, Selandia Baru, atau di mana saja di antaranya," ucap McDowell.

Sebagai informasi, luar angkasa telah menjadi teater terbaru untuk permainan kekuatan besar antara China dan Amerika Serikat.

Peluncuran modul pertama China dari stasiun luar angkasa 'Istana Surgawi' pada bulan April yang menampung peralatan pendukung kehidupan dan ruang hidup untuk astronot merupakan tonggak sejarah dalam rencana ambisius Beijing untuk membangun kehadiran manusia secara permanen di luar angkasa.

Presiden Xi Jinping menyebutnya sebagai langkah kunci dalam membangun bangsa sains dan teknologi yang hebat.

Dengan pensiunnya Stasiun Luar Angkasa Internasional setelah 2024, China bisa menjadi satu-satunya stasiun luar angkasa di orbit Bumi.

Meskipun otoritas luar angkasa China mengatakan mereka terbuka untuk kolaborasi asing, ruang lingkup kerja sama itu masih belum jelas.

Badan Antariksa Eropa telah mengirim astronot ke China untuk menerima pelatihan agar siap bekerja di dalam stasiun luar angkasa China setelah diluncurkan.

Sebelumnya, China juga menyatakan pada Maret bahwa pihaknya berencana untuk membangun stasiun luar angkasa bulan terpisah dengan Rusia.

Fasilitas tersebut, yang direncanakan untuk permukaan atau di orbit Bulan, akan menjadi fasilitas penelitian eksperimental dan akan menjadi proyek kerjasama luar angkasa internasional terbesar di Beijing hingga saat ini.

BACA JUGA: Afghanistan Ampun-ampunan, 1.600 Anak-anak Meninggal di Mana-mana

Roket Long March bukanlah pertama kalinya China kehilangan kendali atas pesawat ruang angkasa saat kembali ke Bumi.

Laboratorium luar angkasa Tiangong-1 hancur saat masuk kembali ke atmosfer pada tahun 2018, dua tahun setelah berhenti bekerja, meskipun pihak berwenang China menyangkal bahwa mereka telah kehilangan kendali atas kapal tersebut.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co