GenPI.co - Covid-19 membuat Singapura dag-dig-dug. Kasus bunuh diri di sana naik tinggi. Sepanjang tahun lalu angkanya mencapai 452 kasus.
Dengan jumlah penduduk yang sedikit, angka itu sangat memprihatinkan. Angka itu tercatat sebagai yang tertinggi di Singapura sejak tahun 2012.
Pusat pencegahan bunuh diri Samaritan of Singapore (SOS), terlihat gelisah dengan data tadi.
Semua hal akhirnya dibuka ke Straits Times, Kamis (8/7/2021). Pihak SOS menambahkan bahwa panggilan dari warga lansia pada umumnya mengungkapkan kesulitan menghadapi kesepian.
Tidak adanya aktivitas akibat isolasi membuat warga rentan stres. Ada tekanan psikologis dan hubungan sosial serta keluarga yang terganggu yang diperparah oleh pandemi.
"Sejak pandemi, banyak aktivitas dan inisiatif langsung untuk warga lansia digeser secara digital," ujar Direktur Eksekutif SOS, Gasper Tan, Kamis (7/7).
Mereka yang memiliki kemampuan terbatas dengan teknologi disebut banyak yang tersesat dan tidak berdaya.
Tan menambahkan perlunya upaya-upaya dan menemukan cara baru untuk mendukung kesehatan mental kalangan lansia.
Itu merujuk pada ketidakpastian soal berapa lama pandemi akan berlangsung.
Disebutkan pihak SOS bahwa angka 452 kasus bunuh diri sepanjang tahun lalu merupakan kenaikan sebesar 13 persen dibandingkan total kasus 2019, saat Singapura mencatat total 400 kasus dalam setahun.
SOS menambahkan bahwa kenaikan kematian akibat bunuh diri terjadi dalam kelompok semua umur. Secara khusus.
Jumlah kematian akibat bunuh diri di kalangan warga lanjut usia (lansia) usia 60 tahun ke atas mencapai 154 kasus.
Angka ini mencetak rekor tertinggi untuk kelompok usia ini sejak tahun 1991 dan mengalami kenaikan 26 persen dibanding tahun 2019.
"Covid-19 telah sangat berdampak pada perekonomian negara, gaya hidup dan kesehatan mental. Kami sangat khawatir soal bagaimana warga lansia kita menghadapi krisis kesehatan masyarakat ini," ucapnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News