GenPI.co - Bangkitnya Taliban usai penarikan Pasukan Amerika Serikat dan tentara asing lainnya membawa penderitaan rakyat Afghanistan.
Hampir 2.400 warga sipil Afghanistan tewas atau terluka pada Mei hingga Juni, lantaran terjepit di tengah pertempuran kelompok militan itu melawan pasukan pemerintah Afghanistan.
PBB pada Senin (26/7) melaporkan, itu adalah angka tertinggi selama dua bulan sejak rekor dimulai pada 2019.
Misi Bantuan PBB untuk Afghanistan (UNAMA) dalam sebuah laporan menyebutkan telah mendokumentasikan 5.183 korban sipil antara Januari-Juni, yang 1.659 di antaranya adalah korban tewas.
Angka itu naik 47 persen dari periode yang sama tahun lalu.
"Yang menjadi perhatian serius yakni peningkatan tajam jumlah warga sipil yang tewas dan terluka pada periode sejak 1 Mei, dengan korban sipil yang hampir sama banyaknya pada periode Mei-Juni seperti yang tercatat pada empat bulan sebelumnya," bunyi pernyataan UNAMA.
Bentrokan dahsyat di seluruh wilayah berlangsung dalam dua bulan terakhir saat kelompok Taliban meluncurkan serangan besar-besaran.
Mereka merebut distrik perdesaan, penyeberangan perbatasan dan ibu kota provinsi sekitar, sehingga memicu pasukan Afghanistan dan AS melakukan serangan udara untuk memukul mundur pemberontak.
Para perunding telah bertemu di Ibu Kota Doha, Qatar dalam beberapa pekan terakhir.
Namun, para diplomat memperingatkan bahwa hanya ada sedikit kemajuan substantif yang dihasilkan sejak pembicaraan damai dimulai pada September.
"Saya meminta para pemimpin Taliban dan Afghanistan agar memperhatikan rentetan konflik yang sadis dan mengerikan serta imbasnya yang menghancurkan bagi warga sipil," kata Deborah Lyons, Perwakilan Khusus Sekjen PBB untuk Afghanistan.(ANT)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News