GenPI.co - Kedigdayaan Vladimir Putin tampaknya masih akan berlanjut dan mungkin bisa memimpin Rusia selama 1 periode lagi.
Pasalnya Partai Rusia Bersatu yang mendukung Putin kembali meraih mayoritas kursi di parlemen setelah pemilihan umum di negara itu yang berlangsung selama 3 hari.
Dalam penghitungan sementara pada hari Senin (20/9), Partai Rusia Bersatu telah mengantongi 45 persen suara dari 33 persen suara yang dihitung.
Sementara Partai Komunis yang merupakan saingan terdekatnya, meraih 22 persen suara.
Putin, yang telah berkuasa sebagai presiden atau perdana menteri sejak 1999, masih mendominasi menjelang pemilihan presiden berikutnya pada 2024.
Meski begitu, politisi 68 tahun ini belum mengatakan apakah dia akan mencalonkan diri.
Putin sendiri populer di kalangan banyak orang Rusia yang memujinya karena sanggup menghadapi negara-negara Barat dan memulihkan kebanggaan nasional.
Pada pawai perayaan di markas Rusia Bersatu yang disiarkan televisi pemerintah, Wali Kota Moskow Sergei Sobyanin terang-terangan mendukung.
Dia yang adalah sekutu dekat pemimpin Rusia, berteriak, "Putin! Putin! Putin!" ke kerumunan yang menggemakan teriakannya sambil mengibar-ngibarkan bendera.
Seorang pensiunan Moskow, yang hanya menyebut namanya sebagai Anatoly, membeber alasan dirinya memilih Rusia Bersatu
Dia bangga dengan upaya Putin untuk memulihkan apa yang dia lihat sebagai kekuatan hebat Rusia yang sah.
"Negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris kurang lebih menghormati kami sekarang seperti mereka menghormati Uni Soviet pada 1960-an dan 70-an. ... Negara-negara Anglo-Saxon hanya memahami bahasa kekuatan," katanya.
Meski memenangi 45 persen suara sejauh ini, jumlah tersebut turun dibandingkan dengan pemilihan parlemen yang diadakan pada 2016, ketika partai tersebut memenangkan lebih dari 54 persen suara.
Ketakpuasan selama bertahun-tahun terhadap standar hidup yang merosot, juga tuduhan korupsi yang dilancarkan kritikus Kremlin yang dipenjara, Alexei Navalny.
Hal tersebut tak pelak membuat dukungan menjadi menurun.
Selain itu, gerakan taktis yang dilancarkan sekutu-sekutu Navalny terkait pemungutan suara tampaknya menimbulkan dampak negatif lebih lanjut.
Para kritikus Kremlin mengatakan pemungutan suara itu dalam segala aspeknya menipu dan bahwa Rusia Bersatu akan bernasib jauh lebih buruk dalam penyelenggaraan pemilu yang adil.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News