Tragis, Korban Tewas Protes Antihijab Iran Sudah 92 Orang

03 Oktober 2022 06:25

GenPI.co - Kelompok HAM Iran atau IHR pada Minggu (2/9) mengatakan sedikitnya 92 korban tewas saat otoritas setempat menindak protes antihijab  yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini.

Amini, gadis Kurdi berusia 22 tahun  dinyatakan meninggal pada 16 September setelah dia ditahan karena diduga melanggar aturan berpakaian.

Kematiannya memicu gelombang kerusuhan populer terbesar di Iran dalam hampir tiga tahun.

BACA JUGA:  Pihak Berwenang Tewaskan 75 Orang di Protes Antihijab, Rezim Iran Makin Terdesak

IHR telah bekerja untuk menilai jumlah kematian meskipun internet padam dan pemblokiran terhadap WhatsApp, Instagram dan layanan online lainnya.

Organisasi yang berbasis di Oslo tersebut mengatakan penambahan  korban tewas sebanyak 41 orang bentrokan Jumat (30/9) di Zahedan, ibu kota provinsi Sistan-Baluchestan.

BACA JUGA:  Putra Mantan Pengusaha era Shah Puji Protes Antihijab: Rezim Iran Bisa Berakhir Kapan Saja

Wilayah yang terletak di  tenggara jauh Iran tersebut berbatasan dengan Afghanistan dan Pakistan.

Protes dipicu oleh tuduhan seorang kepala polisi di wilayah tersebut telah memperkosa seorang gadis remaja dari kemompok minoritas  Baluch.

BACA JUGA:  Milisi Pro-Iran di Antara Pasukan Keamanan, Massa Protes Antihijab Ketar-ketir

Tuduhan tersebut terkuak dalam sebuah postingan dari seorang pengkhotbah Muslim Sunni, Molavi Abdol Hamid, dalam situs webnya pada Rabu (28/9).

Dia mengatakan komunitas itu "meradang" setelah dugaan pemerkosaan seorang gadis remaja oleh seorang petugas polisi di provinsi itu.

Dilaporkan pula bahwa  bahwa lima anggota Pengawal Revolusi tewas dalam bentrokan Jumat di Zahedan.

Wilayah yang dilanda kemiskinan itu sering terjadi bentrokan dengan pemberontak minoritas Baluchi, kelompok ekstremis Muslim Sunni, dan geng penyelundup narkoba.

Demonstrasi solidaritas dengan wanita Iran telah diadakan di seluruh dunia, dengan demonstrasi di lebih dari 150 kota pada hari Sabtu.

Mereka dengan berani membakar jilbab yang harus mereka kenakan sejak revolusi Islam 1979.

Bentrokan antara pengunjuk rasa Iran dan pasukan keamanan telah mengguncang kota-kota di seluruh negeri selama 16 malam berturut-turut.

Protes dengan kekerasan pertama kali berkobar di wilayah barat yang merupakan rumah bagi minoritas Kurdi Iran, tempat asal Amini.

Direktur IHR Mahmood Amiry-Moghaddam mendesak masyarakat internasional untuk mengambil langkah-langkah mendesak rezim Iran itu untuk menghentikan pembunuhan para pengunjuk rasa Iran.

Dia menegaskan bahwa bahwa tindakan itu sama dengan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Amnesty International yang berbasis di London mengatakan sebelumnya telah mengonfirmasi 53 kematian.

Sementara itu kantor berita semi-resmi Iran Fars mengatakan pekan lalu bahwa sekitar 60 orang telah meninggal.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co